Wednesday, June 24, 2020

Pengalaman Menerbitkan Tulisan di Penerbit Mayor bersama P Ukim


RESUME KELAS MENULIS ONLINE BERSAMA OM JAY
Senin, 4 Mei 2020
13.00 – 15.00



UKIM KOMARUDIN

Pengalaman menulis Pak Ukim sangat luar biasa. Bagi beliau, menulis adalah kebutuhan. Menulis merupakan ekspresi pribadi. Menulis adalah sarana mencurahkan segala kegelisahan. Beliau mengesampingkan rasa khawatir terkait kualitas tulisan maupun trend tulisan di masyarakat. Pokoknya beliau menulis. Dengan menulis, Pak Ukim menemukan sesuatu yang lebih tentang “Pak Ukim” dengan tulisan yang apa adanya dan sejujur-jujurnya.

Apa saja akan menjadi bahan dalam tulisan Pak Ukim.  Sesuai dengan profesi beliau, tulisan tentang pelajaran, beragam kegiatan berupa proposal, liputan kegiatan di majalah, dan menulis buku harian.

Demikian hal tersebut berlangsung. Hingga sampai suatu hari, tulisan-tulisan Pak Ukim itu mulai dilirik orang-orang terdekat, yang dalam hal ini teman-teman guru. Beragam komentarpun mulai dilontarkan: tulisan bagus, tulisan emotif, tulisan dapat membuat pembaca larut dalam cerita, Bahasa tulisan sederhana dan mudah dicerna, sepenggal tulisan dapat dijadikan bahan ceramah atau kultum, dsb.

Komentar-komentar tersebut menginspirasi Pak Ukim untuk membukukan tulisan-tulisan yang selama ini merekam semua kejadian. Ada beragam kejadian, tetapi tema besarnya merupakan pelajaran seorang dewasa (guru) dari anak-anak "cerdas" yang menjadi siswanya. Oleh karena tulisan itu beragam kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh, maka beliau menuliskan judul buku tersebut, "Menghimpun yang Berserak." Sebuah usaha untuk mengumpulkan segenap mutiara yang berserakan dalam kehidupan yang sangat bermanfaat.

Pengalaman pertama dalam proses menerbitkan buku telah banyak memberi pengetahuan kepada Pak Ukim terkait tips dan trik menerbitkan buku. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh editor awalnya membuat beliau tidak nyaman karena menabrak prinsip menulis Pak Ukim. Unsur laku di pasaran, nilai tambah, penyesuaian/penggantian tulisan, dan sebagainya. Namun setelah dijelaskan tentang tim penerbit yang akan menyukseskan, beliau memahami bahwa buku karya pemula harus dipoles disana-sini oleh editor. Jika naskah itu bisa melewati editor, maka proses "menjadi" memang mengalami banyak hal. Ada bagian gambar sampul, ilustrasi, photo jika diperlukan, tata letak, dan lainnya. Tentu saja semua perubahan akan terjadi atas persetujuan penulis.

Demikianlah Pak Ukim menjalani proses, hingga akhirnya ada proses sebelum naik cetak,  yang sangat penting dalam proses kreatif beliau, yakni menerima dami atau calon buku yang sama persis jika akhirnya bisa dicetak. Beliau gembira sekali menerima buku dami itu. Saking gembiranya, beliau menandatangi saja kontrak kerjasama tanpa membaca persentase yang kelak diterima. Diduga sikap itu bukan sembrono, tetapi karena memang beliau menulis bukan untuk hal tersebut.

Akhirnya, Pak Ukim mendapat undangan meeting terkait dengan terbitnya buku. Pertama, beliau menerima buku pribadi, kalau tidak salah jumlahnya hanya 5 buku. Buku tersebut berstempel tidak diperjual belikan. Kedua, Pak Ukim diajak bicara terkait dengan teknis launching Buku "Menghimpun yang Berserak", bagaimana membuat buku tersebut laku. Saat itu saya sangat bodoh dan kurang dapat memberikan masukan hyang berarti. Ketiga, Pak Ukim diberitahu bahwa penerbit menerbitkan jumlah yang diterbitkan pada penerbitan pertama ini dan kurang lebih 6 bulan kemudian baru akan mendapat royaltinya. Untuk tersebut juga beliau tidak pandai memberi masukan.

Peran Pak Ukim kemudian adalah mengusahakan buku agar dapat dinikmati orang lain. Kala itu agak sulit karena media sosial belum sedasyat sekarang. Kebetulan beliauadalah pembicara, sehingga memberi kesempatan berupaya menjual buku-buku pada kesempatan bicara tersebut.

Ada beberapa kejadian yang dialami Pak Ukim dalam menerbitkan buku kembali, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya hingga yang menjelang terakhir buku, "Arief Rachman Guru". Semuanya mirip-mirip pengalaman dengan penerbit.

Demikian penjelasan Pak Ukim tentang pemgalaman beliau dalam menulis dan mnerbitkan buku. Selanjutnya, waktu diisi dengan tanya jawab. Berikut rangkuman sesi tanya jawab.

v  Ada kriteria yang dianggap layak untuk diterbitkan. Khususnya terkait buku mata pelajaran, biasanya mereka mencari buku: (1) menunjukkan penggunaan pendekatan baru; (2) lebih lengkap; (3) penulisnya memang berkualifikasi luar biasa; (4) Naskah renyah (enak dibaca);  dan diutakan dari hasil penelitian lembaga-lembaga pendidikan terbaik. N
v  Pengalaman Pak Ukim dalam menulis:
1.   Jeda lama tulisan kemudian dilirik paling lama 6 bulan. Jika tidak ada kabar. Berpindah ke lain hati (penerbit lain) atau naskah direvisi ulang.
2.   Media pertama kali untuk menulis di buletin sekolah, kemudian buletin pendidikan DKI, lalu buletin Diknas, dst.
3.   Latar belakang buku guru menjadi best seller karena bantuan publikasi media sosial yang saaat itu sudah mulai menggejala. Untuk buku berikutnya, saya mendapatkan berkah dari medsos itu.
4.   Motivasi Pak Ukim dalam menulis adalah jiwa beliau sebagai tipe penulis. Mungkin, lebih banyak buku yang tidak saya terbitkan daripada yang saya terbitkan. Saya memang bukan tipe pandai menjual ide. Saya senang menulis. Yang menarik buat saya tulis, ya saya tulis. Tak peduli tak dilirik penerbit. Tapi Allah maha pengasih. Beberapa sering dilirik penerbit dan jadi berkah buat keluarga.
5.   Pengalaman dalam interview; yang interview dari dulu sampai kini sudah beliau tahu. Pasti dia editor. Dialah penentunya. Beliau sering berdoa, dan ternyata sering benar, "Editor lebih pintar dari Pak Ukim". Minimal soal membuat buku  laku di pasaran.
6.   Semua buku berkesan. Dia seperti anak Pak Ukim. Ada yang berkembang dan bermakna bagi masyarakat luas. Ada juga yang diam-diam hanya dibaca sahabat dekat ketika dia terpuruk di sudut kamarnya. Semuanya disyukuri. Ia lahir dari Pak Ukim, beliau bangga atas rezekinya.
v  Ketika bertemu penerbit Pak Ukim sudah membawa naskah utuh. Dari naskah itu dimulailah pembicaraan. Beliau sering diminta menulis terus oleh beberapa penerbit karena beberapa buku saya yang dipergunakan di lembaga pendidikan terbit terus. Mungkin  sekarang sudah jilid  belasan. Masalahnya di pembagian waktu atau prioritas. kelemahannya juga ada di beliau yang  kurang bisa kompromi. Tapi beliau percaya, dari karya yang sungguh-sungguh akan ada tawaran berikutnya. Masalahnya, berkenan membagi waktu dan prioritas?
v  Pak Ukim termasuk orang yang tidak mau belajar tentang gaya selingkung. Menurut beliau, hal tersebut bisa menguras energi jika memikirkan hal itu. Itu sebabnya, Pak Ukim menulis untuk diri beliau sendiri. Jadi, ketika itu jadi duit, alhamdulillah.
v  Memilih kategori ekspresi menulis agar bisa menulis dengan bagus. Penulis harus menempatkan diri sesuai stamina dan kecenderungan. Ada tipe sprinter, maka pilih cerpen. Kalau Marathon, pilih novel. Harus bertahap lari jarak pendek karena latihan akhirnya bisa lari jarak jauh.
Dalam tulisan ada yang disebit Premis (tema besar). Biasa terdiri atas satu paragraf. Hebatnya, ia adalah sebuah headline yang memegang pergerakan ide, tokoh, dan alur cerita. Penulis hebat memulai dari itu, Percayalah, jika tidak memulia dari situ, kemungkinannya kalah tenaga, atau ngawur kemana-mana.
Pak Ukim adalah tipe orang yang sering menyembunyikan karya jika belum final. Beliau orang teater yang suka membuat kejutan dengan membina puncak-puncak cerita. termasuk di sini kelahiran anak (karya) yang mengejutkan.
Permasalahan penulis pemula sering serakah. Jadi penulis sekaligus editor. Akhirnya, nggak jadi-jadi. Baru satu bab dikoreksi. Baru lima lembar disalahkan sendiri. Ya Ambyar.
Tulis saja, nanti ada jurinya: diri sendiri, teman penulis, dan akhirnya editor. Jika mereka menganggap tulisan bapak nggal laku di pasaran, tapi kita bilang itu bagus tak apa. Ada suatu masa yang dikatakan banyak orang jelek, saat itu malah dicari dan dibenarkan orang.
Membaca yang banyak dan siapa saja yang kita suka. Hebatnya, Tuhan Maha kreatif dan Penyayang. Kita akan tumbuh menjadi diri sendiri tidak seperti Tere dan lainnya. Memang ada sedikit unsur, seperti ... tapi dalam dunia imajinassi itu sah. namanya terinspirasi oleh
v  Memulai menulis dengan membaca buku-buku yang diduga akan mirip ekspresi bentukannya seperti buku yang akan kita buat. Ketika kita datang ke perpustakaan atau toko buku, kita membaca untuk mendapatkan inspirasi. kadang-kadang, saya membeli buku atas tujuan seperti itu.
Tentang meyakinkan memang dimulai dari kita dahulu. Kalau kita kurang yakin, celakanya pembaca juga demikian. Mulailah banyak membaca karya-karya yang bagus yang menjadi minat. Dari situ, kita punya standar sendiri
v  Cara menumbuhkan rasa percaya diri dalam menulis, Penulis yang baik memang pembaca yang baik. Banyak-banyaklah membaca sehingga akan mampu menulis. Saya setuju  dengan himbauan menulislah setiap hari. Tapi tolong disertai membaca agar tulisan kita berkualitas.  Itu hukumnya, Het. Menulis (produktif) pasokannya adalah membaca (receptif). Menulis saja. Dengarkan respons dari sekitar. Kita memang membutuhkan orang yang membuat kita terlecut menjadi lebih baik.
v  Pada akhirnya kita akan menjadi diri kita sendiri. Termasuk dalam hal karya. Kita akan menemukan warna, tipe, dan kekuatan sendiri dalam menulis. Ketika teman-teman memuji tulisan kita, maka di saat itulah kualitas naik ke permukaan. Teruskan dan pupuk kekuatan itu. Sampai kalau serpihan tulisan terjatuh di jalanan, ada seorang teman yang mengantarkan kepada Anda bahwa ini tulisan milik Anda. Kita akan bertanya, "kok tahu sih ini tulisan saya?" Dia kan jawab, "Saya sudah hapal itu Gaya Anda."
v  Semua tulisan ada pagunya. Minimal itu sebagai pegangan dasar. Ke sananya, ketika kita mahir, kita mampu membuat varasi-variasi yang kita kehendaki tetapi tetap berpegang pada pagunya.
v  semuanya perlu proses. Ide untuk membukukan hasil pelatihan ini merupakan hal brilyan. Mulailah membukukan dengan niat untuk pribadi terlebih dahulu. Dengan membukukan kita punya basic kemampuan yang akan kita ukur kelak setelah berikutnya berproses. Saya doakan anda merasa adanya kemajuan setelah sekian lama berproses.
v  agar buku pelajaran yang kita buat bisa di minati para pembaca utamanya kaum pelajar, Mulailah dengan modul atau serpihan bab sebagai pegangan siswa sendiri. Minta mereka memberikan masukan. Tahun depan, semoga Ibu bisa meningkatkannya menjadi buku sederhana tetapi hanya untuk kalangan sendiri. Mintalah masukan kembali kepada anak-anak terkait banyak hal yang pernah saya jelaskan di awal. Setelah itu, saya yakin akan menjeadi lebih baik sampaik Ibu marasa yakin kalau ini layak untuk diterbitkan.
v  Awalnya mereka akan melihat substansi buku sebagaimana saya jelaskan di atas. Soal gambar dan lain-lain, apalagi  yang sifatnya lipstik, mereka lebih punya stok
v  dan tahu etika pengambilan gambar yang tidak mengundang masalah. Kadang-kadang, saking bagusnya buku Ibu,  mereka mau beli gambar di situs-situs resmi.
v  Proses penulis pemula bisa datang sendiri ke penerbit atau mengirimnya lewat pos. Kemasannya: (1) surat yang menjelaskan maksud Ibu; dan  (2) Naskahnya. Ingat, jangan file, tetapi print outnya. Minta tanda terima jika mengantar langsung dan tanyakan biasanya kapan mendapatkan tanggapan. Syukur jika mendapatkan nomor kontak editornya.
v  Trik untuk meminimalisir koreksi editor bagi penulis pemula, kebetulan saat itu penerbitnya (editornya) jatuh cinta duluan pada tulisan saya. Ia hanya minta persetujuan pembubuhan ilustrasi. Kala itu, saya setuju usulan tersebut sebab illustrator menjadikan buku tersebut lebih menarik. Kalau ada karya yang mau ditawarkan, segera saja kirimkan. Siapa tahu nasib baik sedang berada di kita.
v  harus ada terobosan baru dalam pemasaran buku Bapak karena jika mengandalkan sebatas teman-teman sekitar, buku itu hanya menjadi “kuntum”. Dia tidak “mekar” apalagi “berbuah” banyak. Berusahalah bicara dengan penerbit lain yang mungkin bisa menerbitkan di wilayah yang lebih besar kemungkinan pembacanya.
v  Mungkin ada editor yang tidak kompeten. Kita jadi repot karena begitu dami sampai di kita, kita jadi sibuk membetulkan yang menurut kita salah. Pengalaman itu tanda-tanda penerbit tak berkualitas.
v  Interview itu tanda-tanda naskah kita dilirik. Berbahagialah karena diduga naskah ibu diperhitungkan. Jangan meniru gaya Pak Ukim yang awam. Untung masih rezeki meski kemudian beliau baru menanggapi, beliau masih diperhatikan penerbit. Kadang-kadang, naskah kita diterlantarkan oleh mereka tanpa kabar
v  Ada dua sistem kerjasama. Pertama, naskah dibiayai hingga terbit dengan nama penulis sebagai pencipta buku dipertahankan. Sebagai gantinya, pihak penerbit menawarkan royalty sebagai pengahasilan penulis dengan rentang 10% s.d. 12%). Artinya, penghasilan atau keuntungan sisanya milik penerbit. Kedua, naskah dibeli oleh penerbit. Anda sebagai penulis tak lagi berhak mencantumkan nama karena hak naskah sudah anda jual. Biasanya harga naskah tinggi hingga ratusan juta rupiah.
v  Syarat-syarat menulis di bulletin bisa ditanyakan langsung ke pangsuhnya.
v  Pak Ukim mulai menulis sejak mahasiswa tahun terakhir. Beliau mulai berkarir sebagai jasa pengetik naskah teman yang kebetuan sudah mapan dalam menulis. Sebenarnya, beliau mencuri cara berpikir dan berproses dia sejak awal. Dan berhasil.
v  Sejumlah artikel kumpulkan berdasarkan tema. Kemudian dilengkapi sesuai dengan isu kekinian sehingga naskah itu pas dengan situasi kini. Tolong jangan disia-siakan. Sepertinya untuk menjadikannya sebagai buku, dan sudah setengah jalan tuh.

PESAN Pak Ukim: Ada kehebatan dari seorang penulis. Ia jelas ekspresinya. Ia juga punya daya jangkau dakwah yang lebih luas dalam menebar kebaikan. Ia juga punya legacy atau warisan untuk pertinggal jejak kebaikannya, yakni tulisannya. Menulislah, setiap hari. karena anda akan menemukan kebahagiaan; menulis berarti kita MENCIPTAKAN SEJUMLAH KEBAIKAN.

Salam Blogger !


Penulis Wiji Indayati (G8-135)


No comments:

Post a Comment

PROGRAM BUDIDAYA JAHE MERAH MEDIA CHOCOPEAT

  PROGRAM BUDIDAYA JAHE MERAH MEDIA CHOCOPEAT Oleh: Wiji Indayati –SMP Negeri 3 Sumbermanjing Wetan CGP Angkatan 2 Kabupaten Malang   ...