BUDAYA POSITIF
DALAM
UPAYA MENDUKUNG VISI SEKOLAH
Oleh:
Wiji Indayati (SMP Negeri 3 Sumbermanjing Wetan)
CGP Angkatan 2 Kabupaten Malang
Seperti dijelaskan dalam
filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun
segala kodrat yang ada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat. Pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kodrat tersebut
agar anak-anak dapat memperbaiki laku hidupnya dan tumbuhnya kekuatan kodrat
anak.
Guru sebagai pamong,
dalam tugasnya menuntun diharapkan dapat membangun komunitas pendidikan yang
positif untuk menyiapkan murid berkarakter. Dengan berbekal karakter yang
dimiliki, di masa depan murid menjadi manusia berdaya tidak hanya untuk pribadi
tapi berdampak positif bagi masyarakat. Karakter yang bisa menyiapkan murid menjadi
manusia dan anggota masyarakat untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan seperti tujuan pendidikan sendiri. mengacu pada Profil Pelajar
Pancasila, yakni Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang
memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.”
Pelajar yang memiliki profil yang demikian itu adalah pelajar yang terbangun
utuh keenam dimensi pembentuknya, yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan
global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif.
Untuk mewujudkan Profil
Pelajar Pancasila, guru diharapkan pula dapat menyiapkan lingkungan belajar yang
berpihak pada murid. Guru memulai dari diri dan selanjutnya menjalin kolaborasi
dengan komponen/komunitas sekolah mendukung upaya sekolah sebagai institusi
pembentukan karakter yang memiliki budaya sekolah positif. Sehingga, pada
akhirnya seluruh komponen sekolah memiliki sikap keseharian yang mencerminkan nilai-nilai
dan keyakinan-keyakinan budaya positif di sekolah. Dengan kata lain, budaya
positif diawali dari lingkup terkecil dipraktikkan dalam kegiatan pembelajaran didalam
kelas, yang selanjutnya akan berpengaruh pada kegiatan-kegiatan lain diluar
kelas yang dilakukan oleh seluruh komponen sekolah.
Dalam mewujudkan budaya
positif, pemahaman mengenai disiplin positif juga diperlukan untuk mewujudkan
pribadi yang bertanggung jawab. Sekolah memiliki peran penting dalam
membimbing, memperbaiki, dan mensosialisasikan kepada murid mengenai perilaku
disiplin yang sesuai. Murid cenderung
menjadikan orang dewasa sebagai model. Dalam menjalankan disiplin positif,
semua komponen sekolah juga ikut bertanggung jawab. Sehingga diperlukan
pendekatan terkoordinasi yang melibatkan semua peran di komunitas sekolah.
Upaya selanjutnya dalam
membangun budaya positif adalah mengembangkan visi bersama tentang apa yang
ingin dicapai oleh sekolah. Dalam menentukan visi sekolah, bisa dimulai dengan
melihat hal-hal positif yang sudah berhasil di sekolah. Budaya sekolah yang
telah terbentuk, komponen-komponen sekolah yang telah menjalankan budaya
sekolah tersebut merupakan kekuatan-kekuatan yang telah dimiliki oleh sekolah. Dengan berpatokan pada hal-hal
tersebut, maka akan memberikan landasan yang kuat bagi sekolah untuk mewujudkan
tempat belajar yang mendukung tujuan pendidikan.
Dalam menjalankan perannya, seorang Guru Penggerak akan memulai dari diri untuk melaksanakan dan membentuk budaya positif di lingkup terkecil dikelasnya. Hal ini akan berdampak positif secara tidak langsung dalam mempengaruhi guru yang lain. Guru Penggerak memberi model kebiasaan-kebiasaan baik yang bisa diterapkan oleh guru lain dalam upaya membangun budaya positif di sekolah. Selanjutnya, Guru Penggerak juga melakukan usaha-usaha persuasif untuk mengajak komponen-komponen sekolah yang lain menerapkan hal serupa demi mendukung visi sekolah.
Salam Sehat dan Bahagia !