Tuesday, April 27, 2021

MEMAKNAI FILOSOFI PENDIDIKAN KHD

 

MEMAKNAI FILOSOFI PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA

 


Oleh :
Wiji Indayati (SMP Negeri 3 Sumbermanjing Wetan)
CGP Angkatan 2 Kabupaten Malang

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Dengan kata lain, pendidikan adalah tonggak untuk membentuk peradaban kebudayaan suatu masyarakat. Untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan.

 

Karakteristik Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

1.    Tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak.

Pendidik hanya dapat  menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan  tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

2.    Pendidikan budi (cipta dan karsa) diberikan agar tumbuh pekerti (tenaga) dalam diri anak. Budi pekerti diberikan secara seimbang.

Keluarga adalah tempat yang utama bagi anak dalam melatih budi pekerti ini.

3.    Peran  pendidik seperti seorang petani.

Dengan perhatian dan perawatan dari seorang petani, maka bibit tanaman yang kurang baik akan bisa tumbuh dengan baik. Dalam proses ‘menuntun’ anak diberi kebebasan,  pendidik sebagai Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

4.    Kodrat anak adalah senang bermain. Pendidikan dikemas dalam bentuk permainan sehingga anak secara tidak sadar telah mengalami pendidikan dan membekas dalam diri anak tersebut.

5.    Pendidikan dilakukan dengan berpihak pada anak.

Pendidik mencurahkan segenap waktu, tenaga, dan pikirannya untuk melayani anak.

 

Relevansi Dasar Pendidikan KHD terhadap Pendidikan di Indonesia

Pendidikan anak sejatinya melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat zaman. Pendidikan diberikan dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21, namun muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan mengutamakan kearifan lokal.

 

Refleksi Dasar Pemikiran KHD terhadap Proses Pendidikan

Sebelum mempelajari dasar pemikiran pendidikan KHD, saya menganggap bahwa anak adalah sebuah kertas putih kosong, interaksi yang terjadi adalah pengajaran, dan kegiatan berfokus pada pengetahuan dan keterampilan. Anak sebagai kertas putih yang kosong memerlukan coretan-coretan untuk mewarnainya.  Pengalaman-pengalaman yang dialami oleh anak akan mewarnainya dan membentuk jati diri anak. Tugas guru adalah memberi warna dalam proses pembentukan jati diri tersebut. Proses pemberian pengalaman dikemas dalam kegiatan pengajaran yang telah disusun dalam sebuah kerangka kurikulum, dan tugas guru adalah mencapai ketuntasan kurikulum tersebut. Sering terjadi dalam kegiatan belajar saya, ketika saya berfokus pada target ketuntasan materi, maka saya lupa akan perbedaan kemampuan pada tiap anak. Dan tentu saja, dengan posisi saya sebagai seorang pengajar, maka kegiatan pengajaran yang saya lakukan lebih banyak berfokus pada pengetahuan dan keterampilan siswa.

Dalam dasar pemikiran pendidikan KHD diatas, muncullah suatu situasi dimana guru sebagai seorang pendidik dan murid sebagai anak didik berkolaborasi untuk menciptakan kedalaman rasa spiritual, intelektual, dan sosial untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia.  Selanjutnya, guru dan murid memiliki kemerdekaan belajar berkolaborasi untuk menciptakan students’ well being.

Setelah mempelajari dasar pemikiran pendidikan KHD tersebut, saya mengalami perubahan dalam pemikirran dan perilaku saya.  Saya  menyadari bahwa tiap anak memiliki kodrat masing-masing yang bisa saja berbeda antara anak satu dengan anak lainnya. Tiap-tiap anak memiliki kekuatan masing yang bisa disentuh oleh pendidik untuk dipertajam sehingga menjadi modal anak untuk menapak dunia yang lebih luas. Peran guru bukanlah mencetak anak untuk menjadi apa yang diinginkan guru, tetapi menuntun anak tersebut untuk menemukan jati dirinya dan mendampingi untuk menemukan modal-modal menuju jati diri yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Interaksi yang terjadi antara guru dan siswa tidaklah hanya sebatas kegiatan belajar, namun lebih luas menjadi kegiatan pendidikan. Pembentukan budi pekerti yang seimbang adalah modal utama dalam memiliki pengetahuan dan keterampilan. Seorang anak yang berbudi pekerti luhur akan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang luhur pula.

Dikelas Bahasa Inggris saya, saya akan menerapkan kegiatan pendidikan yang mengadopsi pemikiran pendidikan KHD. Sebagai seorang pendidik, saya akan mulai melakukan diagnosa terhadap kekuatan dan kelemahan anak. Dengan hasil diagnose tersebut, saya bisa mengelompokkan anak sesuai dengan kecenderungan minat dan gaya belajar mereka. Selanjutnya, dalam menyampaikan materi, saya akan melaksanakan teknik/metode yang berpusat pada anak dan membutuhkan peran aktif mereka secara fisik maupun mental. Tentu saja, anak-anak bisa memilih peran/posisi sesuai minat mereka. Sebagai pendamping anak-anak, saya harus siap mencurahkan segenap waktu, pikiran dan tenaga saya sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan belajar mereka.

Semoga bermanfaat..

Happy blogging !!

 

 

PROGRAM BUDIDAYA JAHE MERAH MEDIA CHOCOPEAT

  PROGRAM BUDIDAYA JAHE MERAH MEDIA CHOCOPEAT Oleh: Wiji Indayati –SMP Negeri 3 Sumbermanjing Wetan CGP Angkatan 2 Kabupaten Malang   ...