Tuesday, July 27, 2021

AKSI NYATA : KURAIH SEMANGAT BELAJARKU

 

KURAIH SEMANGAT BELAJARKU

Oleh:

Wiji Indayati – SMP Negeri 3 Sumbermanjing Wetan

CGP Angk. 2 Kab. Malang

  

1.      LATAR BELAKANG

Pembelajaran adalah proses interaksi murid dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Murid mengalami proses memperoleh ilmu dan pengetahuan, pembentukan sikap dan pematangan kecakapan. Selanjutnya, semua ilmu, pengetahuan, sikap dan kecakapan tersebut akan dijadikan modal bagi murid untuk menapak dalam kehidupan bermasyarakat dengan baik. Proses pembelajaran dilaksanakan oleh komponen-komponen pembelajaran, yakni murid, guru, tujuan pembelajaran, materi/isi, metode, media dan evaluasi. Bertemunya komponen-komponen tersebut secara lengkap, langsung dan harmonis akan mewarnai proses belajar menjadi lebih baik.

Wabah Pandemi Covid-19 telah mempengaruhi seluruh bidang kehidupan termasuk pendidikan. Untuk mencegah penyebaran dan penularan virus tersebut, pemerintah mengambil kebijakan untuk melaksanakan pendidikan secara daring seperti yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19). Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilakukan secara daring, baik menggunakan aplikasi maupun jejaring sosial. Guru dan murid bertemu melaksanakan pembelajaran dalam dunia maya baik secara langsung (synchronous) maupun tidak langsung (asynchronous).

Perpindahan sistem belajar konvensional ke sistem daring memunculkan dampak positif dan negatif dalam pendidikan. Secara umum, pelaksanaan pembelajaran daring menjadikan guru semakin kreatif dalam mengenal dan menggunakan teknologi untuk pembelajaran. Murid juga semakin lincah dalam mencari sumber belajar yang diinginkan. Di sisi lain, penggunaan gadget oleh siswa yang awalnya digunakan sebagai alat belajar, telah beralih fungsi menjadi alat hiburan yang mendominasi waktu belajar mereka. Sebagai hasilnya, murid  lebih banyak menggunakan gadget dan waktunya untuk bermain-main, sehingga mereka memiliki minat yang kurang untuk belajar. Terlebih lagi, ketidak hadiran guru dan murid  secara tatap muka mengurangi kualitas pendampingan guru terhadap murid  dalam  memahami materi yang disampaikan. Hal tersebut membawa akibat menurunnya  tingkat pemahaman murid  terhadap materi pembelajaran.

Berdasarkan kondisi diatas, penulis sebagai seorang CGP sekaligus walikelas, beinisiatif untuk melaksanakan kegiatan aksi nyata bertajuk “Kuraih Semangat Belajarku”. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kembali semangat belajar murid  di kelas VIIA SMP Negeri 3 Sumbermanjing Wetan.

 

2.      TUJUAN

Kegiatan bertajuk “Kuraih Semangat Belajarku” ini bertujuan untuk meningkatkan semangat belajar murid  Kelas VIIA SMP Negeri 3 Sumbermanjing Wetan.

 

3.      TOLOK UKUR

Kegiatan dikategorikan berhasil jika:

1.        Prosentase kehadiran murid  dalam pembelajaran minimal 80% kecuali ijin atau sakit.

2.        Minat belajar murid  dalam mengikuti belajar dalam kategori minimal Sedang.

3.        Hasil belajar murid dalam kategori minimal Sedang

 

4.      PELAKSANAAN AKSI NYATA

4.1   Pra Aksi Nyata

Dalam kegiatan Pra Aksi Nyata ini, penulis mencari data data awal tentang kehadiran murid  dikelas,  minat belajar murid , dan hasil belajar murid .

Dari daftar hadir murid kelas 7A mulai tanggal 12 – 14 Juli 2021 diperoleh data bahwa 75,3% murid mengikuti kegiatan belajar mengajar. KBM pada tanggal tersebut diisi dengan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang dilaksanakan dalam jaringan (daring). 24,6% murid tidak mengikuti kegiatan yang dilaksanakan selama 3 hari, dengan rincian 20,9% tidak masuk tanpa keterangan, 1,2% tidak masuk karena ijin, dan 2,5% tidak masuk karena sakit

Dari data interview dengan 75,3% murid yang mengikuti MPLS selama 3 hari memberikan alasan bahwa belajar adalah kewajiban dan hal yang menyenangkan. Sedangkan dari hasil interview dengan 24,6%  murid yang tidak hadir memberikan alasan bahwa beberapa dari mereka bangun kesiangan sehingga terlambat mengikuti KBM, beberapa murid lagi memberikan alasan bahwa mereka tidak suka dengan pembelajaran daring, dan beberapa lagi memberi alasan bahwa materi belajarnya membosankan.

Untuk data awal hasil belajar murid, penulis mengalami kesulitan dalam memfokuskan pada mata pelajarn tertentu. Hal ini terjadi karena pada kurun waktu tanggal 12 – 14 Juli 2021, kegiatan belajar mengajar diisi dengan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), bukan kegiatan intrakurikuler.

 

4.2  Perencanaan

Pada kegiatan perencanaan ini, penulis melakukan kegiatan penyusunan program dan jadwal kegiatan Aksi Nyata berikut instrument penilaian yang akan digunakan selama kegiatan. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2021.

Adapun program dan jadwal kegiatan Aksi Nyata yang berhasil disusun bersama Kepala Sekolah seperti yang tertuang dalam Tabel 4.1.

 

Tabel 4.1 Program dan Jadwal Kegiatan Aksi Nyata

No

Kegiatan

Tanggal

Pihak yang Terlibat

1.

Sosialisasi program kegiatan

16 Juli 2021

KS, Rekan Guru Pengajar, dan murid Kelas VIIA

2.

Pembentukan kesepakatan kelas

17 Juli 2021

Murid kelas VIIA

3.

Monitoring dan Evaluasi

19 – 27 Juli 2021

KS, Guru Pengajar, murid kelas VIIA

5.

Penulisan laporan

28 – 29 Juli 2021

Penulis

 

Sedangkan bentuk dan jenis instrument yang digunakan untuk memperoleh data dalam kegiatan Aksi nyata ini dituliskan dalam Tabel 4.2.

 

Tabel 4.2 Instrumen Kegiatan

No

Kegiatan

Jenis Instrumen

Bentuk Instrumen

1.

Sosialisasi program kegiatan

Dialog informal

Daftar ide

2.

Pembentukan kesepakatan kelas

Diskusi

Daftar pertanyaan dan ide

3.

Monitoring dan Evaluasi

Check list

Jurnal mengajar

Daftar kehadiran Murid

Kuisioner Guru dan Murid

 

 

4.3  Hasil Pelaksanaan Kegiatan

4.3.1        Sosialisasi Program Kegiatan

Kegiatan sosialisasi program kegiatan Aksi Nyata dilaksanakan pada tanggal 16 Juli 2021. Penulis menyampaikan informasi tentang tujuan dan bentuk kegiatan kepada seluruh rekan guru melalui platform whatsapp group. Penulis juga memaparkan respon murid terhadap cara mengajar guru. Sehingga, penulis juga memohon kerjasama dan dukungan seluruh rekan guru atas kegiatan tersebut dengan merencanakan KBM yang menarik bagi murid.

Dari sosialisasi ini, seluruh rekan guru menyatakan pemahaman dan dukungan terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan.

 

4.3.2        Pembentukan Kesepakatan Kelas

Kegiatan pembentukan Kesepakatan Kelas dilaksanakan pada tanggal 17 Juli 2021. Penulis selaku walikelas VIIA mengajak seluruh murid VIIA untuk menuangkan ide mengenai profil guru, profil kelas, dan profil diri yang diyakini akan bisa mencapai tujuan belajar dan mendukung visi sekolah. Kegiatan ini dilaksanakan melalui platform whatsapp untuk mengawali berdiskusi. Sedangkan penuangan ide dilakukan melalui platform padlet. Selanjutnya, pengambilan keputusan bersama dilakukan melalui platform whatsapp lagi.

Hasil kesepakatan kelas yang terwujud berbunyi  “Kelas VIIA yakin bahwa kami 1) Saling menyayangi, 2) Peduli lingkungan, dan 3) Semangat Belajar”.

 

4.3.3        Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan monitoring dan Evaluasi dilaksanakan pada tanggal 19 – 27 Juli 2021. Dalam kegiatan ini, guru pengajar kelas VIIA melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai jadwal pelajaran yang telah disusun oleh sekolah. Murid mengikuti pelajaran seperti biasa. Kepala sekolah dan penulis melakukan kegiatan monitoring terhadap pelaksanaan KBM. Instrument yang digunakan oleh kepala sekolah dan penulis adalah Jurnal Mengajar, Daftar Absensi Kehadiran Siswa, dan kuisioner guru dan murid. Kepala sekolah juga melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan KBM berdasarkan data-data yang didapat dari instrument-instrumen tersebut.

Dari Jurnal Mengajar, diperoleh data bahwa 100% guru telah melaksanakan KBM dengan teknik/strategi yang beragam. Kelas VIIA melaksanakan KBM daring melalui platform whatsapp. Dalam 1 hari, KBM diberikan oleh guru 2 mata pelajaran, masing-masing guru selama 2 jam pelajaran, sehingga dalam 1 hari KBM dilaksanakan selama 4 jam pelajaran.

Dari Daftar Kehadiran Siswa mulai tanggal 19 – 27 Juli 2021 diperoleh data bahwa 87,03% murid kelas VIIA mengikuti KBM daring. Sedangkan 12,96% murid tidak mengikuti KBM dengan rincian 12,7% tanpa keterangan dan 0,26% sakit.

Dari Lembar Kuisioner yang diberikan melalui platform Google Form, murid menuangkan respon mereka terhadap kegiatan belajar, strategi/cara mengajar guru, dan upaya peningkatan diri murid. Dari instrument tersebut diperoleh data bahwa 100% jawaban murid menjawab puas/senang terhadap kegiatan belajar, 100% jawaban murid menjawab puas/senang terhadapa strategi/cara yang digunakan oleh guru dalam mengajar, dan murid kebanyakan akan melakukan upaya belajar lebih giat sebagai upaya peningkatan kemampuan diri.

Dari Lembar Kuisioner yang diisi oleh guru tentang hasil belajar siswa, kebanyakan guru memberikan jawaban bahwa hasil belajar murid setelah mengikuti pembelajaran berada dalam posisi Baik, sedikit yang Memuaskan, Cukup atau Kurang Memuaskan.

Dari hasil monitoring dengan menggunakan berbagai instrument diatas, kepala sekolah memberi tugas kepada penulis untuk menindak-lanjuti murid-murid yang memiliki angka ketidakhadiran lebih banyak. Selanjutnya, penulis melakukan komunikasi intensif terhadap murid-murid tersebut untuk memperoleh data penyebab ketidakhadiran dalam KBM.

 

5.      KESIMPULAN DAN SARAN

Dari data-data yang diperoleh dalam pelaksanaan Aksi Nyata diperoleh kesimpulan bahwa tujuan kegiatan telah tercapai. Serangkaian kegiatan budaya positif kelas yang dimulai dengan pembentukan kesepakatan kelas telah mencapai tujuan, yakni mampu meningkatkan semangat belajar murid  Kelas VIIA SMP Negeri 3 Sumbermanjing Wetan. Hal tersebut ditunjukkan dari kenaikan prosentase kehadiran murid, minat belajar murid, dan hasil belajar murid. Prosentase kehadiran murid dalam mengikuti KBM yang semula 75,3% pada pra Aksi Nyata, telah naik menjadi 87,03%.Minat belajar murid yang semula ada yang tidak suka dengan materi/cara belajar, pada akhir kegiatan 100% murid menyatakan kepuasan terhadap proses KBM. Dan akhirnya, hasil belajar murid menunjukkan hasil yang memuaskan.

Dari kesimpulan diatas, penulis memberikan saran kepada guru atau pembaca, bahwa pembelajaran yang diawali dengan kesepakatan kelas akan berpengaruh  terhadap penumbuhan budaya positif anggota belajar. Kesepakatan yang diambil dengan kesadaran dan keyakinan dari pelaku pebelajar bahwa hal-hal yang disepakati akan membantu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kesadaran dan keyakinan tersebut, maka akan tercipta semangat intrinsic pada anggota belajar untuk melaksanakan kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat. Sehingga tidak akan dijumpai keengganan atau paksaan dalam pelaksanaannya.


LAMPIRAN-LAMPIRAN FOTO-FOTO KEGIATAN

Foto 1 : Sosialisasi  Kegiatan Aksi Nyata ke KS dan Guru melalui platform whatsapp

Foto 2 : Ide murid dalam proses pembentukan Kesepakatan Kelas melalui platform padlet

Foto 3 : Rekap Daftar Hadir Murid

Foto 4 : Kuisioner Guru melalui platform Google Form

Foto 5 : Kuisioner Murid melalui platform Google Form

Foto 6 : Komunikasi Intensif sebagai tindak lanjut terhadap murid dengan prosentase ketidakhadiran tinggi melalui platform whatsapp








Thursday, July 22, 2021

 

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

http://repository.unp.ac.id/23547/1/2019%20Buku%20Panduan%20Model%20Pembelajaran%20Berdiferensiasi%20di%20sekolah%20inklusif.pdf 

Oleh:
Wiji Indayati (SMPN 3 Sumbermanjing Wetan)
CGP Kabupaten Malang
 

Definisi

Sebuah pembelajaran dimana serangkaian keputusan masuk akal yang diambil oleh guru  berorientasi pada kebutuhan murid.

 

Ciri-Ciri/Karakteristik:

1.      Memiliki lingkungan belajar yang mengundang murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2.      Memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan dengan jelas.

3.      Terdapat penilaian yang berkelanjutan yang diawali dengan penilaian diagnostic.

4.      Guru merespon kebutuhan belajar tiap muridnya.

5.      Memiliki manajemen kelas yang efektif

 

Langkah Melaksanakan Pembelajaran Berdiferensiasi:

Dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, guru hendaknya melaksanakan 5 tahapan berikut:

1.      Mengidentifikasi kebutuhan belajar murid.

2.      Menyusun rancangan pembelajaran berdiferensiasi

3.      Melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi

4.      Melaksanakan penilaian berkelanjutan

5.      Melaksanakan evaluasi/refleksi

 

Berikut akan dijelaskan kelima tahapan diatas.

 

1.      Mengidentifikasi kebutuhan belajar yang dapat ditinjau dari 3 aspek:

1.1  kesiapan belajar

Kesiapan belajar mengacu pada tingkat kesesuaian pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini (background knowledge) dengan yang akan dipelajari. Sehingga, ketika melakukan melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar tujuannya adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya.

Ketika murid belajar sesuai dengan kesiapnnya, maka mereka akan menunjukkan kinerja yang lebih baik karena tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya.

Contoh hasil penilaian diagnostic yang mengidentifikasi kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan belajar terdapat 3 kelompok belajar murid dalam kelas Seni Budaya materi menari tradisional:

  • kelompok A adalah murid yang telah memiliki keterampilan teknik dasar menari tradisional.
  • kelompok B adalah murid yang belum memiliki keterampilan teknik dasar menari tradisional namun gerak anggota badannya lincah dan gemulai
  • kelompok C adalah murid yang belum memiliki keterampilan teknik dasar menari tradisional namu gerak badannya kaku dalam melakukan gerak tari.

1.2    Minat belajar

Minat berhubungan dengan motivasi untuk terlibat aktif dalam mengikuti proses belajar. Tujuan melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan minatnya adalah untuk membantu mereka menyadari adanya kecocokan antara sekolah dan minat mereka sendiri sehingga motivasi diri murid bisa meningkat. Penilaian diagnostik bisa dilakukan melalui observasi atau wawancara dengan murid dan orang-orang terdekat murid.

Ketika tugas belajar memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid, maka akan timbul minat belajar mereka.

Contoh hasil penilaian diganostik yang mengidentifikasi kebutuhan murid berdasarkan minat:

·         murid suka menari

·         murid suka menyanyi

·         murid suka bercerita, dll

1.3    Profil belajar

Profil belajar mengacu pada bahas, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, gaya belajar, dll. Tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien.

Ketika tugas belajar itu memberikan kesempatan bagi murid untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai, maka hasil belajar akan maksimal.

Contoh hasil penilaian diganostik yang mengidentifikasi kebutuhan murid berdasarkan profil belajar:

·      murid yang terbiasa belajar dalam suasana tenang

·      murid yang pendiam

·      murid belajar dengan media visual

·      murid belajar dengan media audio

·      murid belajar sambil bergerak tidak bisa diam

 

2.      Menyusun Rancangan Pembelajaran Berdiferensiasi

Setelah melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar murid, langkah selanjutnya adalah membuat rancangan pembelajaran berdiferensiasi, yaitu rencana kegiatan belajar yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar murid.

Ada 3 strategi diferensiasi yang bisa dikembangkan, yaitu:

2.1    Diferensiasi konten

konten merujuk pada apa yang diajarkan kepada murid. Materi ajar yang disiapkan disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid yang beragam. Contohnya, ketika akan merancang pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar yang memenuhi kesiapan belajar murid, guru perlu menyiapkan bahan ajar yang bersifat dasar bagi murid yang belum memahami materi dasar dan bahan ajar yang bersifat informational bagi murid yang telah memahamu materi dasar. Ketika akan merancang pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar yang memenuhi profil belajar murid, maka guru perlu menyiapkan materi berbentuk gambar bagi visual dan materi berbentuk suara bagi murid auditory.

2.2     Diferensiasi proses

Proses mengacu pada langkah-langkah kegiatan belajar agar murid memahami materi yang akan dipelajari.

Contoh kegiatan belajar yag memenuhi kebutuhan belajar murid dengan kesiapan belajar yang berbeda dengan merancang kegiatan dimana semua murid belajar materi yang sama, tetapi diberikan tingkat dukungan, tantangan, atau kompleksitas  yang berbeda-beda. Pada kegiatan belajar yang memenuhi kebutuhan murid dengan minat yang berbeda, guru menyediakan tantangan berbeda sesuai minat yang perlu diselesaikan disudut-sudut minat.

2.3    Diferensiasi produk

Produk merujuk pada hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang ditunjukkan oleh murid. Sebelum menentukan cara penugasan produk, guru harus mempertimbangkan kebutuhan belajar murid.

Produk yang memenuhi kebutuhan belajar sesuai minat murid akan berbeda bentuknya. Produk yang dihasilkan oleh murid dengan kesiapan belajar pada tingkat dasar akan berbeda dengan murid pada tingkat informational. Demikian pula produk yang akan dihasilkan oleh murid dengan profil keluarga nelayan akan berbeda dengan profil keluarga petani.  

Untuk membuat patokan, guru harus membuat rubrik penilaian yang mengarah pada indikator pembelajaran.

 

3.      Melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi

Kegiatan belajar dilaksanakan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran yang kondusif, guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran berdiferensiasi.

Pembelajaran berdiferensiasi dibangun diatas learning community yang semua anggotanya adalah pemelajar. Guru sebagai pemimpin pembelajaran akan menuntun murid-muridnya mengembangkan budaya positif yang saling mendukung tumbuhnya lingkungan belajar. Budaya positif tersebut antara lain adalah adanya saling menghargai, rasa aman, harapan, scaffolding, keadilan, dan kolaborasi.

 

4.      Melakukan penilaian yang berkelanjutan

Kegiatan belajar diawali dengan penilaian diagnostik sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan beragam strategi atau pendekatan yang akan digunakan dalam pembelajaran. Selanjutnya, penilaian formatif dilakukan untuk mengukur kesuksesan kegiatan yang telah dirancang dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sekiranya ada hal-hal yang menjadi halangan (obstacle) maka akan dicatat untuk dijadikan bahan evaluasi. Pada akhir pembelajaran, dilaksanakan penilain sumatif untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang ditinjau dari hasil belajar murid.

 

5.      Melakukan refleksi/evaluasi

Hasil-hasil atau catatan yang diperoleh selama kegiatan belajar dilaksanakan ditelaah untuk dijadikan bahan pertimbangan. Hal yang telah menjadi kekuatan pembelajaran bisa terus dipraktikkan. Sedangkan untuk hal yang menjadi kelemahan hendaknya dicari jalan keluar/solusi yang berupa perbaikan.

 

Pembelajaran Berdiferensiasi untuk Hasil Belajar yang Optimal

Dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru menyesuaikan konten, proses, maupun hasil produk yang disesuaikan dengan variasi kebutuhan belajar murid. Ketika murid belajar dalam kondisi yang sesuai kebutuhan belajar mereka, maka akan terbentuk motivasi intrinsik untuk belajar dan berusaha keras mencapai tujuan pembelajaran. Pada saat murid belajar dalam proses yang sesuai dengan kebutuhan belajar mereka, maka mereka akan mengalami dan mendapatkan pengalaman belajar secara natural. Demikian pula ketika murid diminta untuk mewujudkan hasil belajar kedalam produk yang sesuai dengan kebutuhan belajar mereka, maka akan terwujud suatu produk belajar yang memiliki kualitas maksimal dalam mencerminkan hasil belajar. Dari produk tersebut tercermin pula pengakuan dan penghargaan terhadap hasil belajar mereka.


Salam Sehat!

Salam Bahagia Selalu !

PROGRAM BUDIDAYA JAHE MERAH MEDIA CHOCOPEAT

  PROGRAM BUDIDAYA JAHE MERAH MEDIA CHOCOPEAT Oleh: Wiji Indayati –SMP Negeri 3 Sumbermanjing Wetan CGP Angkatan 2 Kabupaten Malang   ...