Wednesday, June 24, 2020

Pengalaman Menerbitkan Tulisan di Penerbit Mayor bersama P Ukim


RESUME KELAS MENULIS ONLINE BERSAMA OM JAY
Senin, 4 Mei 2020
13.00 – 15.00



UKIM KOMARUDIN

Pengalaman menulis Pak Ukim sangat luar biasa. Bagi beliau, menulis adalah kebutuhan. Menulis merupakan ekspresi pribadi. Menulis adalah sarana mencurahkan segala kegelisahan. Beliau mengesampingkan rasa khawatir terkait kualitas tulisan maupun trend tulisan di masyarakat. Pokoknya beliau menulis. Dengan menulis, Pak Ukim menemukan sesuatu yang lebih tentang “Pak Ukim” dengan tulisan yang apa adanya dan sejujur-jujurnya.

Apa saja akan menjadi bahan dalam tulisan Pak Ukim.  Sesuai dengan profesi beliau, tulisan tentang pelajaran, beragam kegiatan berupa proposal, liputan kegiatan di majalah, dan menulis buku harian.

Demikian hal tersebut berlangsung. Hingga sampai suatu hari, tulisan-tulisan Pak Ukim itu mulai dilirik orang-orang terdekat, yang dalam hal ini teman-teman guru. Beragam komentarpun mulai dilontarkan: tulisan bagus, tulisan emotif, tulisan dapat membuat pembaca larut dalam cerita, Bahasa tulisan sederhana dan mudah dicerna, sepenggal tulisan dapat dijadikan bahan ceramah atau kultum, dsb.

Komentar-komentar tersebut menginspirasi Pak Ukim untuk membukukan tulisan-tulisan yang selama ini merekam semua kejadian. Ada beragam kejadian, tetapi tema besarnya merupakan pelajaran seorang dewasa (guru) dari anak-anak "cerdas" yang menjadi siswanya. Oleh karena tulisan itu beragam kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh, maka beliau menuliskan judul buku tersebut, "Menghimpun yang Berserak." Sebuah usaha untuk mengumpulkan segenap mutiara yang berserakan dalam kehidupan yang sangat bermanfaat.

Pengalaman pertama dalam proses menerbitkan buku telah banyak memberi pengetahuan kepada Pak Ukim terkait tips dan trik menerbitkan buku. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh editor awalnya membuat beliau tidak nyaman karena menabrak prinsip menulis Pak Ukim. Unsur laku di pasaran, nilai tambah, penyesuaian/penggantian tulisan, dan sebagainya. Namun setelah dijelaskan tentang tim penerbit yang akan menyukseskan, beliau memahami bahwa buku karya pemula harus dipoles disana-sini oleh editor. Jika naskah itu bisa melewati editor, maka proses "menjadi" memang mengalami banyak hal. Ada bagian gambar sampul, ilustrasi, photo jika diperlukan, tata letak, dan lainnya. Tentu saja semua perubahan akan terjadi atas persetujuan penulis.

Demikianlah Pak Ukim menjalani proses, hingga akhirnya ada proses sebelum naik cetak,  yang sangat penting dalam proses kreatif beliau, yakni menerima dami atau calon buku yang sama persis jika akhirnya bisa dicetak. Beliau gembira sekali menerima buku dami itu. Saking gembiranya, beliau menandatangi saja kontrak kerjasama tanpa membaca persentase yang kelak diterima. Diduga sikap itu bukan sembrono, tetapi karena memang beliau menulis bukan untuk hal tersebut.

Akhirnya, Pak Ukim mendapat undangan meeting terkait dengan terbitnya buku. Pertama, beliau menerima buku pribadi, kalau tidak salah jumlahnya hanya 5 buku. Buku tersebut berstempel tidak diperjual belikan. Kedua, Pak Ukim diajak bicara terkait dengan teknis launching Buku "Menghimpun yang Berserak", bagaimana membuat buku tersebut laku. Saat itu saya sangat bodoh dan kurang dapat memberikan masukan hyang berarti. Ketiga, Pak Ukim diberitahu bahwa penerbit menerbitkan jumlah yang diterbitkan pada penerbitan pertama ini dan kurang lebih 6 bulan kemudian baru akan mendapat royaltinya. Untuk tersebut juga beliau tidak pandai memberi masukan.

Peran Pak Ukim kemudian adalah mengusahakan buku agar dapat dinikmati orang lain. Kala itu agak sulit karena media sosial belum sedasyat sekarang. Kebetulan beliauadalah pembicara, sehingga memberi kesempatan berupaya menjual buku-buku pada kesempatan bicara tersebut.

Ada beberapa kejadian yang dialami Pak Ukim dalam menerbitkan buku kembali, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya hingga yang menjelang terakhir buku, "Arief Rachman Guru". Semuanya mirip-mirip pengalaman dengan penerbit.

Demikian penjelasan Pak Ukim tentang pemgalaman beliau dalam menulis dan mnerbitkan buku. Selanjutnya, waktu diisi dengan tanya jawab. Berikut rangkuman sesi tanya jawab.

v  Ada kriteria yang dianggap layak untuk diterbitkan. Khususnya terkait buku mata pelajaran, biasanya mereka mencari buku: (1) menunjukkan penggunaan pendekatan baru; (2) lebih lengkap; (3) penulisnya memang berkualifikasi luar biasa; (4) Naskah renyah (enak dibaca);  dan diutakan dari hasil penelitian lembaga-lembaga pendidikan terbaik. N
v  Pengalaman Pak Ukim dalam menulis:
1.   Jeda lama tulisan kemudian dilirik paling lama 6 bulan. Jika tidak ada kabar. Berpindah ke lain hati (penerbit lain) atau naskah direvisi ulang.
2.   Media pertama kali untuk menulis di buletin sekolah, kemudian buletin pendidikan DKI, lalu buletin Diknas, dst.
3.   Latar belakang buku guru menjadi best seller karena bantuan publikasi media sosial yang saaat itu sudah mulai menggejala. Untuk buku berikutnya, saya mendapatkan berkah dari medsos itu.
4.   Motivasi Pak Ukim dalam menulis adalah jiwa beliau sebagai tipe penulis. Mungkin, lebih banyak buku yang tidak saya terbitkan daripada yang saya terbitkan. Saya memang bukan tipe pandai menjual ide. Saya senang menulis. Yang menarik buat saya tulis, ya saya tulis. Tak peduli tak dilirik penerbit. Tapi Allah maha pengasih. Beberapa sering dilirik penerbit dan jadi berkah buat keluarga.
5.   Pengalaman dalam interview; yang interview dari dulu sampai kini sudah beliau tahu. Pasti dia editor. Dialah penentunya. Beliau sering berdoa, dan ternyata sering benar, "Editor lebih pintar dari Pak Ukim". Minimal soal membuat buku  laku di pasaran.
6.   Semua buku berkesan. Dia seperti anak Pak Ukim. Ada yang berkembang dan bermakna bagi masyarakat luas. Ada juga yang diam-diam hanya dibaca sahabat dekat ketika dia terpuruk di sudut kamarnya. Semuanya disyukuri. Ia lahir dari Pak Ukim, beliau bangga atas rezekinya.
v  Ketika bertemu penerbit Pak Ukim sudah membawa naskah utuh. Dari naskah itu dimulailah pembicaraan. Beliau sering diminta menulis terus oleh beberapa penerbit karena beberapa buku saya yang dipergunakan di lembaga pendidikan terbit terus. Mungkin  sekarang sudah jilid  belasan. Masalahnya di pembagian waktu atau prioritas. kelemahannya juga ada di beliau yang  kurang bisa kompromi. Tapi beliau percaya, dari karya yang sungguh-sungguh akan ada tawaran berikutnya. Masalahnya, berkenan membagi waktu dan prioritas?
v  Pak Ukim termasuk orang yang tidak mau belajar tentang gaya selingkung. Menurut beliau, hal tersebut bisa menguras energi jika memikirkan hal itu. Itu sebabnya, Pak Ukim menulis untuk diri beliau sendiri. Jadi, ketika itu jadi duit, alhamdulillah.
v  Memilih kategori ekspresi menulis agar bisa menulis dengan bagus. Penulis harus menempatkan diri sesuai stamina dan kecenderungan. Ada tipe sprinter, maka pilih cerpen. Kalau Marathon, pilih novel. Harus bertahap lari jarak pendek karena latihan akhirnya bisa lari jarak jauh.
Dalam tulisan ada yang disebit Premis (tema besar). Biasa terdiri atas satu paragraf. Hebatnya, ia adalah sebuah headline yang memegang pergerakan ide, tokoh, dan alur cerita. Penulis hebat memulai dari itu, Percayalah, jika tidak memulia dari situ, kemungkinannya kalah tenaga, atau ngawur kemana-mana.
Pak Ukim adalah tipe orang yang sering menyembunyikan karya jika belum final. Beliau orang teater yang suka membuat kejutan dengan membina puncak-puncak cerita. termasuk di sini kelahiran anak (karya) yang mengejutkan.
Permasalahan penulis pemula sering serakah. Jadi penulis sekaligus editor. Akhirnya, nggak jadi-jadi. Baru satu bab dikoreksi. Baru lima lembar disalahkan sendiri. Ya Ambyar.
Tulis saja, nanti ada jurinya: diri sendiri, teman penulis, dan akhirnya editor. Jika mereka menganggap tulisan bapak nggal laku di pasaran, tapi kita bilang itu bagus tak apa. Ada suatu masa yang dikatakan banyak orang jelek, saat itu malah dicari dan dibenarkan orang.
Membaca yang banyak dan siapa saja yang kita suka. Hebatnya, Tuhan Maha kreatif dan Penyayang. Kita akan tumbuh menjadi diri sendiri tidak seperti Tere dan lainnya. Memang ada sedikit unsur, seperti ... tapi dalam dunia imajinassi itu sah. namanya terinspirasi oleh
v  Memulai menulis dengan membaca buku-buku yang diduga akan mirip ekspresi bentukannya seperti buku yang akan kita buat. Ketika kita datang ke perpustakaan atau toko buku, kita membaca untuk mendapatkan inspirasi. kadang-kadang, saya membeli buku atas tujuan seperti itu.
Tentang meyakinkan memang dimulai dari kita dahulu. Kalau kita kurang yakin, celakanya pembaca juga demikian. Mulailah banyak membaca karya-karya yang bagus yang menjadi minat. Dari situ, kita punya standar sendiri
v  Cara menumbuhkan rasa percaya diri dalam menulis, Penulis yang baik memang pembaca yang baik. Banyak-banyaklah membaca sehingga akan mampu menulis. Saya setuju  dengan himbauan menulislah setiap hari. Tapi tolong disertai membaca agar tulisan kita berkualitas.  Itu hukumnya, Het. Menulis (produktif) pasokannya adalah membaca (receptif). Menulis saja. Dengarkan respons dari sekitar. Kita memang membutuhkan orang yang membuat kita terlecut menjadi lebih baik.
v  Pada akhirnya kita akan menjadi diri kita sendiri. Termasuk dalam hal karya. Kita akan menemukan warna, tipe, dan kekuatan sendiri dalam menulis. Ketika teman-teman memuji tulisan kita, maka di saat itulah kualitas naik ke permukaan. Teruskan dan pupuk kekuatan itu. Sampai kalau serpihan tulisan terjatuh di jalanan, ada seorang teman yang mengantarkan kepada Anda bahwa ini tulisan milik Anda. Kita akan bertanya, "kok tahu sih ini tulisan saya?" Dia kan jawab, "Saya sudah hapal itu Gaya Anda."
v  Semua tulisan ada pagunya. Minimal itu sebagai pegangan dasar. Ke sananya, ketika kita mahir, kita mampu membuat varasi-variasi yang kita kehendaki tetapi tetap berpegang pada pagunya.
v  semuanya perlu proses. Ide untuk membukukan hasil pelatihan ini merupakan hal brilyan. Mulailah membukukan dengan niat untuk pribadi terlebih dahulu. Dengan membukukan kita punya basic kemampuan yang akan kita ukur kelak setelah berikutnya berproses. Saya doakan anda merasa adanya kemajuan setelah sekian lama berproses.
v  agar buku pelajaran yang kita buat bisa di minati para pembaca utamanya kaum pelajar, Mulailah dengan modul atau serpihan bab sebagai pegangan siswa sendiri. Minta mereka memberikan masukan. Tahun depan, semoga Ibu bisa meningkatkannya menjadi buku sederhana tetapi hanya untuk kalangan sendiri. Mintalah masukan kembali kepada anak-anak terkait banyak hal yang pernah saya jelaskan di awal. Setelah itu, saya yakin akan menjeadi lebih baik sampaik Ibu marasa yakin kalau ini layak untuk diterbitkan.
v  Awalnya mereka akan melihat substansi buku sebagaimana saya jelaskan di atas. Soal gambar dan lain-lain, apalagi  yang sifatnya lipstik, mereka lebih punya stok
v  dan tahu etika pengambilan gambar yang tidak mengundang masalah. Kadang-kadang, saking bagusnya buku Ibu,  mereka mau beli gambar di situs-situs resmi.
v  Proses penulis pemula bisa datang sendiri ke penerbit atau mengirimnya lewat pos. Kemasannya: (1) surat yang menjelaskan maksud Ibu; dan  (2) Naskahnya. Ingat, jangan file, tetapi print outnya. Minta tanda terima jika mengantar langsung dan tanyakan biasanya kapan mendapatkan tanggapan. Syukur jika mendapatkan nomor kontak editornya.
v  Trik untuk meminimalisir koreksi editor bagi penulis pemula, kebetulan saat itu penerbitnya (editornya) jatuh cinta duluan pada tulisan saya. Ia hanya minta persetujuan pembubuhan ilustrasi. Kala itu, saya setuju usulan tersebut sebab illustrator menjadikan buku tersebut lebih menarik. Kalau ada karya yang mau ditawarkan, segera saja kirimkan. Siapa tahu nasib baik sedang berada di kita.
v  harus ada terobosan baru dalam pemasaran buku Bapak karena jika mengandalkan sebatas teman-teman sekitar, buku itu hanya menjadi “kuntum”. Dia tidak “mekar” apalagi “berbuah” banyak. Berusahalah bicara dengan penerbit lain yang mungkin bisa menerbitkan di wilayah yang lebih besar kemungkinan pembacanya.
v  Mungkin ada editor yang tidak kompeten. Kita jadi repot karena begitu dami sampai di kita, kita jadi sibuk membetulkan yang menurut kita salah. Pengalaman itu tanda-tanda penerbit tak berkualitas.
v  Interview itu tanda-tanda naskah kita dilirik. Berbahagialah karena diduga naskah ibu diperhitungkan. Jangan meniru gaya Pak Ukim yang awam. Untung masih rezeki meski kemudian beliau baru menanggapi, beliau masih diperhatikan penerbit. Kadang-kadang, naskah kita diterlantarkan oleh mereka tanpa kabar
v  Ada dua sistem kerjasama. Pertama, naskah dibiayai hingga terbit dengan nama penulis sebagai pencipta buku dipertahankan. Sebagai gantinya, pihak penerbit menawarkan royalty sebagai pengahasilan penulis dengan rentang 10% s.d. 12%). Artinya, penghasilan atau keuntungan sisanya milik penerbit. Kedua, naskah dibeli oleh penerbit. Anda sebagai penulis tak lagi berhak mencantumkan nama karena hak naskah sudah anda jual. Biasanya harga naskah tinggi hingga ratusan juta rupiah.
v  Syarat-syarat menulis di bulletin bisa ditanyakan langsung ke pangsuhnya.
v  Pak Ukim mulai menulis sejak mahasiswa tahun terakhir. Beliau mulai berkarir sebagai jasa pengetik naskah teman yang kebetuan sudah mapan dalam menulis. Sebenarnya, beliau mencuri cara berpikir dan berproses dia sejak awal. Dan berhasil.
v  Sejumlah artikel kumpulkan berdasarkan tema. Kemudian dilengkapi sesuai dengan isu kekinian sehingga naskah itu pas dengan situasi kini. Tolong jangan disia-siakan. Sepertinya untuk menjadikannya sebagai buku, dan sudah setengah jalan tuh.

PESAN Pak Ukim: Ada kehebatan dari seorang penulis. Ia jelas ekspresinya. Ia juga punya daya jangkau dakwah yang lebih luas dalam menebar kebaikan. Ia juga punya legacy atau warisan untuk pertinggal jejak kebaikannya, yakni tulisannya. Menulislah, setiap hari. karena anda akan menemukan kebahagiaan; menulis berarti kita MENCIPTAKAN SEJUMLAH KEBAIKAN.

Salam Blogger !


Penulis Wiji Indayati (G8-135)


Mendokumentasikan Kegiatan Melalui Blog bersama P Dedi Dwitagama


RESUME KELAS MENULIS ONLINE BERSAMA OM JAY
Rabu, 24 Juni 2020
19.00 – 21.00

MENDOKUMENTASIKAN KEGIATAN MELALUI BLOG



Narasumber: Dedi Dwitagama

Blog adalah catatan atau dokumentasi seseorang atau sebuah organisasi yang ditayangkan di internet berbasis web dan bisa diakses oleh orang-orang sedunia.

Media blog pertama kali dipopulerkan oleh blogger.com yang dimiliki oleh Pyra Labs sebelum akhirnya diakuisisi oleh Google pada akhir tahun 2002. Semenjak itu, banyak terdapat aplikasi-aplikasi yang bersifat sumber terbuka yang diperuntukkan kepada perkembangan para penulis blog tersebut.

Pada tahun 2007 Wordpress muncul, seperti pola du dunia teknologi, edisi terbaru umumnya memiliki kelebihan dan keunggulan disbanding pendahulunya. Sekarang, wordpress sudah ada aplikasi di android dan iphone.
Manfaat blog bagi Pak Dedy yang utama adalah mendokumentasikan kegiatan, perjalanan, ide-ide, keresahan, atau apa saja yang bisa disampaikan secara lisan pada rapat-rapat disekolah atau yang tak bisa disampaikan pada siapapun, seperti keranjang yang dititipkan di dunia maya.

Usahakan makin sering menulis, karena pengalaman menulis akan otomatis meningkatkan mutu tulisan, plus seriing-sering berkunjung ke blog teman sebagai pembanding. Balas komentar pembaca blog, hal itu akan meningkatkan menulis lagi.

Penulis buku hendaknya menempatkan diri sebagai pembaca buku yg ditulis. Kemudian amati tulisannya, menarik atau tidak, jawab sendiri secara jujur. Minta tolong juga pada teman atau keluarga untuk menilai. Perbaiki kekurangannya.

Supaya blog sering dikunjungi, kita harus mengunjungi blog orang lain, memberi komentar dan membalas komentar di blog kita.
Saat tidak ada mood, kunjungi blog orang lain maka akan muncul ide, langsung tulis dan upload

Untuk memulai tulisan dalam blog bisa diawali dengan ide tulisan yang akan kita tulis sebagai kalimat pertama. Setelah itu dilanjutkan dengan uraian yang diperlukan, sertakan foto dan video. Tulis pertama kali, atau terakhir sebelum uplod, gunakan kalimat ringkas yang membuat pembaca ingin melanjutkan hingga habis artikel, misalnya: "Apa komentar kamu melihat meja belajar di sekolah banyak coretan dan tembok jalan yang kamu lewati banyak coretan seperti dua foto di atas?" 

Satu artikel bisa dimuat dalam beberapa blog. Blog itu seperti majalah atau rumah kita sendiri. Apapun boleh kita isikan. Tetapi jika memiliki kompasiana.com sebaiknya artikel tersebut diposting dulu disana baru dicopy paste ke blog lain. Kompas memiliki system yang bisa tahu jikatulisan kita sudah tayang ditempat lain dan hal itu membuat kita di suspen.

Cara membukukan artikel dalam blog kita:
  • Kumpulkan tulisan
  • Kelompokkan tulisan berdasarkan tema
  • Konsutasikan dengan editor atau penerbit


Kesimpulan

Manusia yg baik adalah manusia yg bermanfaat buat orang lain, peribahasa gajah mati meninggalkan gading, bisa diaplikasikan lewat media Blog yang sekarang bisa kita kelola menggunakan HP. Apalagi kemudian bisa membuat kita dikenal orang dan diundang kesana-kemari, dan dibayar pula. Menulis di blog, mendokumentasikan apa saja yang terlintas. Nikmati hasilnya kemudian

Salam Blogger !

Penulis : Wiji Indayati

Terbitkan Buku, Catatkan Sejarah Bersama Bu Farah


RESUME KELAS MENULIS BERSAMA OM JAY
Rabu, 6 Mei 2020
13.00 – 15.00

TERBITKAN BUKU, CATATKAN SEJARAH



FARRAH DINA, M.Sc
Founder Tangga Edu



Farrah Dina adalah pendiri Tangga Edu. Beliau telah menudlis 20 judul buku, berkaitan dgn pendidikan utk guru & orang tua serta buku-buku  bergambar untuk anak. Di awal materi, Bu Farrah membagikan materi yang telah beliau kemas khusus melalui tautan youtube https://www.youtube.com/watch?v=_7_bUDRAnhY&feature=youtu.be . materi beliau sangat menarik yakni MENULIS BUKU CATATKAN SEJARAH MENULIS DENGAN 4R

Membaca buku sama dengan berbicara dengan berbicara dengan orang bijak dimasa lalu. Setiap orang ingin dikenang atau dicatat dalam sejarah. Salah satu cara adalah dengan meninggalkan tulisan atau bahkan membuat buku.

Membuat buku tidak sama dengan menerbitkan buku. Keduanya sama-sama bisa dilakukan oleh siap saja. Akan tetapi, menerbitkan buku adalah akibat dari karya tulisan yang baik. Yang paling penting adalah bagaimana seorang penulis bisa menulis dengan baik agar bisa dinikmati oleh pembaca. Karena hadirnya pembaca sangat penting bagi seorang penulis. Tips agar tulisan menjadi banyak pembacanya adalah tulisan itu baik, mudah diingat, dan menjawab permasalahan saat ini.

Bu Farah memiliki tips bagaimana membuat karya tulis bisa bermanfaat bagi pembaca dengan 4R: Renjana, Rutin, Review, Ruang.

Renjana (passion) adalah sesuatu yang menarik bagi kita. Jika kita melakukan hal tersebut akan terasa mudah, nyaman dan menyenangkan. Untuk membuat renjana, penulis bisa memulai dengan sesuatu yang telah dipahami dan mudah bagi penulis. Penulis pemula bisa memiliki motivasi dengan memiliki bagaimana merasa sukses.

Rutin menulis. Seorang penulis mengawali kegiatan menulisnya dengan rutin membaca sehingga memunculkan ide-ide inspirasi untuk dituangkan dalam tulisan yang lain. Untuk membentuk rutinitas menulis, seorang penulis bisa menulis dimana saja, kapan saja dan apa saja. Ketika diperjalanan hal-hal yang akan ditulis bisa direkam atau dicatat dahulu menjadi bank-bank cerita yang memuat perasaan, peristiwa seperti apa dengan menggunakan panca indera secara detil agar mudah untuk di re-call tanpa diedit tentang scene, logika, dan tokoh.

Review tulisan. Dari detil tulisan pertama kemudian dilihat kembali tokoh, detil, quotes, dan alur berpikir. Review penting untuk membidik market pasar. Ambil salah satu angle dirubah menjadi sesuatu yang popular dan applicable.

Ruang bagi pembaca. Review penulis belum cukup bagi sebuah karya tulis. Yang paling penting lagi adalah review dari pembaca. Yang diharapkan adalah feedback negative tentang apa yang diperbaiki, apa yang tidak disukai, kesulitan, and hal yang tidak menarik bagi pembaca. Hal-hal tersebut untuk dijadikan perbaikan. Akan muncul hal-hal baru diluar dugaan penulis dari review pembaca. Tapi jangan sampai menghilangkan jatidiri penulis itu sendiri.

Menghadirkan pembaca sangat penting. Salah satu trik yang bisa digunakan adalah membagikan tulisan kita pada medsos agar bisa dibaca oleh anak, saudara, atau kolega.


SESI TANYA JAWAB

PERTANYAAN
JAWABAN
Apakah kita harus melalui tahapan 4R itu agar buku yg diterbitkan berkualitas?

Nani
Bogor Jawa Barat

Bu Nani yang bersemangat, tidak selalu seperti itu. Ini dirangkum dr pengalaman2 penulis yg hebat yg sudah menerbitkan banyak buku dan disukai. Mereka akan menulis yg betul2 sesuai dgn renjananya lalu terbiasa menulis (rutin). Pada awal menulis buku, jangan kita dipusingkan dengan editing & lain2nya yg nanti justru akan menghambat jadinya sebuah naskah. Tapi setelah itu, baru dilakukan review berulang (dan ini proses panjang). Seringkali bahkan naskah final sangat berbeda dr naskah awalnya... Kekuatannya di review ini. Untuk ruang pembaca, tujuan kita menulis adalah untuk dibaca jadi perlu mendengar masukan dari pembaca juga.... Tapi jangan sampai kita juga hanyut menulis hanya untuk memenuhi kebutuhan pembaca, nanti tidak timbul kebahagiaan. Selamat terus menulis...

Ini Bu Beni Bojonegoro, tanya bagaimana teknis / langkah mengubah tulisan dr best practice menjadi tulisan populer?  terima kasih
Ibu Beni dari Bojonegore yang saya hormati, pertanyaan yang sangat menarik. Banyak buku-buku yang sekarang best seller adalah buku2 ilmiah tapi disajikannya dalam bentuk populer tidak penuh dengan data-data yang memusingkan. Sebaiknya ibu membaca contoh buku2 populer yang berdasarkan pendekatan ilmiah... Dari buku-buku ini yang saya perhatikan mereka akan membahas "Permasalahan" lalu "jawabannya" dgn sedikit2 memasukkan teori2 pendukung. Jadi yang dibahas bukan teroinya, ada unsur emosi kuat yang dibangun sehingga ada konektivitas dengan pembaca.

Beberapa contoh buku ilmiah dibuat populer (maaf yang terbayang saat ini buku2 terjemahan), seperti: Good to Great (penelitian dari 500 perusahaan sukses dunia, The Miracle of Endorphin (pendekatan psikologis untuk metode pengobatan), The Leader in Me (praktik-praktik di sekolah yang menerapkan 7 Habit).

Bagaimana menampilkan "voice" pada buku populer atau membangun emosi, misalnya dengan memasukkan isi wawancara, atau data-data non formal yg lebih hidup.
Assalamualaikum. Saya Siti Fatimah dari Mojokerto.
Sebagai pemula saya masih bingung menentukan passion saya dimana. Bagaimana kita mengetahui passion kita dengan mudah.


Wa alaikum slm wr wb..
Ibu Fatimah, tidak sedikit orang yang merasakan hal yang sama dengan ibu. Memang ada orng-orang yang dari awal sudah tau apa bidang menulis yang akan digelutinya dan ada juga yang butuh waktu. Cara paling ampuh adalah dengan terus menulis, nanti akan kelihatan kecenderungan kita. Bahkan, dengan mengumpulkan bank tokoh, situasi, pengalaman ke dalam bentuk rekaman/tulisan pun nanti akan terlihat apa yang menjadi renjana kita. Kita bisa lihat dari bank yang sudah kita kupulkan, apa sih yang menarik untuk kita yang mendorong kita untuk mengungkapkannya, nah itulah renjana kita. Cara lain paling mudah mengetahuinya adalah dengan melihat mana tulisan yang paling cepat saya selesaikan dan kita merasa mudah
Assalamualaikum, saya Warsih dari Kota Tangerang. Mau menanyakan tentang pembuatan buku anak-anak. Misalnya kita menulis berdasarkan apa yang kita lihat, kemudian kita tambahkan dengan khayalan dan imajinasi kita boleh tidak. Jadi tidak pyur fiksi. Nah yang sperti itu termasuk kategori buku apa Bu. Trimakasih

Wa alaikum slm wr wb....
Ibu Asih pecinta buku anak, boleh sekali memasukkan imajinasi ke dalam buku anak. Justru imajinasi itu kekuatan dari buku anak. Seperti binatang berbicara, anak pergi ke ruang angkasa, berteman dengan robot, itu adalah imajinasi.

Yang tidak boleh adalah takhayul dan imajinasi yang mengandung kekekrasan. Saya pribadi keberatan dengan anak durhaka menjadi batu, siasat membuh raksasa seperti dalam legenda asal usul Danau Batur, dll. Sikap jahat akan ada akibatnya, dan bisa dalam bentuk imajinasi tapi sebisa mungkin berkaitan dengan perbuatannya & tidak berlebihan.

Assalamualaikum... Saya ika siswati dari kota tangerang mau bertanya apa yang ibu lakukan sehingga dapat  menemukan passion ibu yaitu menulis buku anak?


Wa alaikum slm wr wb... Saya menemukan renjana saya berawal dari pendidikan sy di Amerika & Jepang yang di mana mereka sangat serius memikirkan buku anak. TIdak halnya di Indonesia. Sebenarnya ini juga berawal dari kebutuhan, saat di Jepang anak saya masih TK dan akan kembali ke Indonesia masuk SD. Jadi saya harus mengajarkan membaca. Sy minta dikirimkan buku2 dari Indonesia tapi saya tidak puas. Lalu saya menulis buku sendiri dan ternyata itu menyenangkan buat saya dan saya merasa bisa memberi solusi pada permaslaahan yang ada.

Selanjutnya saya juga melakukan penelitian di bidang membaca usia SD, dan salah satu hal yang dibutuhkan adalah buku anak berkualitas. Di pasar, buku anak berkualitas itu biasanya harganya mahal. Ini yang menjadi motivasi besar, menciptakan buku-buku berkualitas dengan harga terjangkau. Ini yang menjadi motivasi terbesar dan itulah passion saya... Walaupun saya tetap memaksakan diri untuk terus menulis genre lain.

Karena rutinnya saya menulis buku anak dan pendidikan, saya agak meninggalkan bentuk tulisan ilmiah. Pada saat saya mengalami ini, saya "memaksa" diri saya untuk mengirimkan rencana penelitian utk mendapat beasiswa. Denagn tenggat yang jelas akan jadi motivasi untuk kita. Ini juga perlu dilakukan. Alhamdulillah dengan research plan yg sy buat, sy bs diterima di univ di jepang.
Pertanyaan buat Bu Farrah
Ibu masih muda sekali...dan tentunya bersemangat, apa yang melatarbelakangi ibu mendirikan Tangga Edu dan juga bisa menjadi penulis
Terima kasih
Rachmi Banyuwangi

Ibu RAchmi yang juga pastinya bersemangat, jawabannya sama dengan pertanyaan kelima ya bu.... Yang menjadi motivasi sy adalah bagaimana memberi manfaat sebesar mungkin untuk negri Indonesia tercinta ini... Sama dengan BApak & Ibu semua...

Slmt siang ibu Farrah, Bagaimana memanage 4 R ini agar menjadi sebuah kesatuan utuh untuk saling melengkapi dalam menulis? Yulius Roma-Tana Toraja. Tks

Pak Yulius dari Toraja, LAKUKAN... itu kunci utamanya pak... Dengan melakukan maka saya yakin Bapak akan menemukan polanya tersendiri. Yang perlu diingat adalah di awal, tulis dulu apa yang mudah untuk kita, tapi perlu dipaksakan juga agar menjadi rutinitas. Dengan begitu kita akan sangat terbiasa.... Saat ingin dipublish ke orang lain, maka perlu dilakukan review berulang-ulang. Jangan lakukan review saat menulis di awal, karena nanti tidak akan jadi karya krn kita berkutat dengan banyak hal. Selamat menulis

Assalamualaikum Bu Dina,,, saya Candra dr Langkat Sumatera Utara...trmksh formula 4R..sngat mmbntu untuk sy sbgai yg br bljr untuk mnulis...prtnyaan saya Bu...mnrut ibu apakah seorang penulis harus fokus pada satu passion atau genre tulisan agar tulisannya btul2 baik...dan mmg ada tdk pngruh taste/rasa tulisan seseorang yang suka mngrjkn dua tulisan(fiksi dn non fiksi) secara bersamaan? Trmksh bu

Wa alaikum slm wr wb...
Pak Candra dari Langkat yang bersemangat menulis, ini menarik sekali untuk didiskusikan... Sebagai awal, tulis dulu sesuatu yang mudah bagi kita, yang sesuai dengan renjana kita, yang kita senang saat menuliskannya. Ini gunanya untuk memberi reward terhadap diri sendiri. Dengan jadinya naskah yang kita sukai, itu akan menjadi bahan bakar bagi kita untuk terus menulis. Jika di awal kita sudah tidak cukup motivasinya, maka akan terhmbat, Tulislah sesuatu yang benatul2 isi kepala atau hati kita yang ingin disampaikan ke orang lain.

Selanjutnya, kita menyesuaikan diri dan bisa menulis dengan genre apapun, tentu dengan latihan dan pembiasaan. Bahkan kita pun harus bisa menulis sesuai dengan kebutuhan pembaca... Ini yang nantinya perlu dikuasai setelah kita menguasai sedikit hal yang menjadi kekuatan utama kita. Semangat menulis
Nama : Munandar, Kabupaten Sumba Timur

Yth. Ibu Farrah, bagaimana cara awal untuk mengetahui passion seseorang?
terimakasih
Pak Munandar dari Sumba, jawabannya sama dengan pertanyaan no. 3 ya pak.... (silahkan dilihat). Kalaupun belum mengetahui pasiion nya saat ini, yang penting adalah menuliskan sesuatu yang betul2 kita merasa menikmati dalam menuliskannya...

Syukri dari SMAN UNGGUL Dharmaraya Padang,

Perkenankan saya bertanya ttg pengalaman ibuk Farrah dalam tulis menulis ibu mengatakan ada 4 R, salah satunya adalah Renjana, saya kurang pahan dari bahasa apa itu Renjana dan mengapa ibuk letakkan di poin paling atas, Sekian wasalam

Pak Syukri, renjana adalah passion, ketertarikan kita pada satu hal yang kita akan mengerahkan energi kita untuk itu dengan senang hati. Menulis sesuatu yang sesuai dengan renjana kita, itu akan menjadi kekuatan di awal. Manusia memerlukan reward langsung. Saat kita menulis sesuatu yang sesuai dengan minat kita, maka kita akan menikmatinya & hasilnya pun akan cepat jadi. Hasil tulisan yang jadi ini menjadi reward sendiri untuk kita sehingga kita akan terus termotivasi untuk menulis. Setelah itu, barulah berkreasi dengan berbagai genre agar kita menguasai  menulis berbagai hal... Trm ksh

Mat sore Bu Farrah, bagaimana caranya agar dapat menerima tanggapan pembaca yang negatif pada tahap ruang bagi pembaca?  Bagaimana tips mengubah penulisan ilmiah menjadi penulisan populer? Benny Belang. Kupang-NTT.

PAk Benny dari NTT, menerima tanggapan negatif memang tidak mudah. Jangan sampai juga itu medemotivasi kita dan menghilangkan jati diri kita. Saat kita mendengar tanggapan pembaca, yang perlu kita tahu sebenarnya adalah penangkapan pembaca terhadap hasil tulisan kita. Apakah sama seperti apa yang ingin kita sampaikan? Jika berbeda, apa yang berbeda (tentu perlu ada ruang imajinasi yang berbeda antara pembaca dan penulis). Kemudian "keseluruhan" atau "detail" apa yang tidak disuka. Kalau tidak suka karena selera yang berbeda, maka bisa jadi pelajaran bahwa org dgn persona seperti dia bukanlah target pembaca kita.

Jika tidak sukanya karena "persepsi" atau "terjemahan" yang berbeda dari yang sebenanrnya ingin kita sampaikan, maka mungkin ada penulisan yang perlu diperbaik.

Untuk buku ilmiah ke populer, ada pada jawaban no. 2

Assalaamu'alaikum bu farah...td ibu menjelaskan tahapan menulis 4R. Yg pertama renjana (passion). Pertanyaan saya kalau saya merasa renjana (passion)  sy membuat buku pelajan fisika. Apakah berarti sebaiknya saya menulis buku pelajaran fisika sj? Krn sy kalau mencoba menulis buku fisika terasa lebih ringan dibanding mencoba menulis  artikel dll. Sri indayani sman 1 paciran

Bu Sri sang fisikawan, untuk tahap pertama maka sebaiknya ibu pilih buku fisika. Ini untuk menciptakan reward bagi diri kita di awal agar kita terus termotivasi untuk menulis. Namun setelah itu lebarkanlah sayap... Coba buat artikel lain yang tetap mengaitkan dengan fisika (ilmiah menjadi populer) dan berkreasilah dengan genre2 lain... Sebagai tambahan, dapat dibaca pada jawaban pertanyaan kedelapan.

Assalamualaikum bu fara..saya belum pernah menulis buku namun saya sering melakukan penelitian dan ada beberapa yang saya publikasikan. pertanyaan  bagaimana cara mudah menulis buku sebagai pemula seperti saya karena bebrapa kali saya coba selalu gagal. terima tas pencerahanx.
fitran  _mataram

Wa alaikum slaam wr wb... Pak Fitran yang suka meneliti, MULAI SAJA DULU (seperti iklan di tv yaa...). Ini yang paling penting. Jika memang tertarik dengan penelitian, coba ambil salah satu sudut dari penelitiannya untuk dijadikan artikel (bukan keseluruhan penelitian). Ambil sisi yang dapat dibangun konektivitasnya pada pembaca secara umum

Sebelum menentukan R(uang) pembaca apakah kita perlu meneliti atau survey untuk calon pembaca buku kita. Lalu, bagaimana sebaiknya jika kita berharap pembacanya tidak terlalu spesifik?

Pak Rasyid, pada tahap awal kita menulis maka sebaiknya kita menulis untuk tujuan diri kita. Apa yang ingin kita sampaikan. Agar keluar jati diri kita sambil kita melihat yang cocok dengan tulisan kita itu pembaca yang bagaimana. BAru kemudian kita berkembang, mulai
menulis berdasrkan "pesanan" artinya kita tentukan dulu sasaran pembacanya. Misalnya menulis untuk remaja maka ada bahasa2 yang perlu disesuaikan, maka kita menulis dengan "frame" pembaca di kepala kita... Nanti kita minta pendapat dari pembaca yang dituju sesuai sasaran.

Salam sejahtera ibu Farah
Menulis buku anak itu tentu untuk membangkitkan minat maka perlu gambar. Apakah ibu menggambar sendiri atau menggunakan jasa? Atau adakah cara lain mendapatkan gambar.
Buku Anak bagi saya itu suatu kesulitan. Saya sudah mencobanya. Terbentur pada gambar, termasuk bila harus meminta izin.
Terima kasih bila ada tips yang berbeda.
Salam Literasi dari Timor  (Roni Bani)

Salam Bapak Roni, saya membuat buku anak dengan desai berjenjang di awal. Mulai dr pembaca pemula yang hrs penuh dengan gambar. Untuk ini tentu saya bekerja sama dengan ilustrator. Byk komunitas2 ilustrator saat ini, termasuk di medsos. Tapi pada jenjang yang lebih tinggi, buku anak akan lebih sedikit gambarnya bahkan tidak bergambar (novel anak). NAnti bapak tentukan saja di jenjang mana BApak ingin menuliskannya. JIka tertarik lebih lanjut, akan ada workshopnya oleh Tangga Edu, silahkan ikuti media sosialnya IG @tanggaedu & FB Tangga Edu untuk info terkini.

Salam Sehat Ibu Farrah
Ini adalah hari ke-8 saya mengikuti pelatihan menulis. Kiat2 untuk menulis diantaranya menulis setiap hari, apa saja yg terlintas akan saya tulis. Jenis tulisan sya masih bersift bebas dg kata2 yg mengalir begitu saja di dlm otak saya tulis. Yg ingin sy tanyakn bgmn cara menulis secara ilmiah  seperti PTK, Best Practice dengan baik
Elly Mahayani - Jembrana Bali

Salam Ibu Elly, selamat... dengan ibu sudah rutin menulis maka ibu sudah MEMULAI... Nanti dari kumpulan tulis itu, pilih beberapa yang ingin direview dengan serius hingga menjadi tulisan yang siap p ublikasi... Untuk tulisan ilmiah ke populer, ada ji jawaban no. 2
[15:09, 5/6/2020] Om Jay: Pertanyaan kedelapanbelas

Assalamualaikum Ibu Farah ,
Sesuai materi tadi  bahwa Pembaca itu sangat dibutuhkan oleh penulis. Bagaimana cara menjadikan PD pada diri sendiri untuk tidak malu tulisannya dibaca orang lain
Saya sering menulis, tapi selesai menulis saya simpen. Pernah saya menulis di blog dulu uuu sekali ( baru ttg RPP dan pembelajaran sih, sedikit) tapi  kok temen aku langsung copas semuanya dan dijadikan administrasi nya dan dijadikan atas namanya untuk mendapatkan ttd pimpinannya. Padahal saya nulis itu mikir setengah mati.
Dari situ saya jadi males share lagi.
Mungkin pikiran itu salah. Mohon pencerahannya. Terimakasih
Santi~ Jayapura

Wa alaikum slm wr wb.
Ibu Santi, saat tulisan dipublikasikan maka hak penulis terhadap interpretasi terhadap tulisan itu menjadi hilang. Interpretasi dan tanggapan pembaca tidak bisa kita kontrol.... Maka perlu kebesaran hati, krn bisa saja tanggapan yang tidak baik yang kita terima. Nah kalau tentang hak cipta yang dikopi, maka pada saat kita membaginya di dunia maya, maka kita harus siap bahwa itu menjadi milik publik. Walaupun itu salah, tapi di dunia maya kita sulit mengkontrolnya.

Saya Sri Budi Handayani dari Gresik

Mau bertanya tentang proses kreatif mbak Farrah menulis buku anak , berikan contohnya,

Terima kasih.

Bu Sri, karena saya menulis buku berjenjang maka banyak pakem yang harus sy perhatikan. Biasanya saya memulai dr sesuatu value yang ingin saya kenalkan pada anak tapi tidak dengan cara doktrin tapi tertangkap. Agar dapat byk ide, maka saya byk menonton film anak, bergaul dengan anak2 & membaca buku2 anak. Contohnya buku "Sihdeh & Robot" yang intinya mengenalkan cara menenangkan diri dengan menarik napas panjang. Kecenderungan anak laki-laki agak sulit untuk menenangkan diri saat marah, maka diambillah tokoh robot agar relate dengan anak laki. Setelah itu dibuat prosesnya, termasuk membuat story board.... Dibaca anak2, lalu review & revisi lagi dst... Dr masukan anak, bahkan judulnya pun ada perubahan
Assalamualaikum Ibu Farah ,
Sesuai materi tadi  bahwa Pembaca itu sangat dibutuhkan oleh penulis. Bagaimana cara menjadikan PD pada diri sendiri untuk tidak malu tulisannya dibaca orang lain
Saya sering menulis, tapi selesai menulis saya simpen. Pernah saya menulis di blog dulu uuu sekali ( baru ttg RPP dan pembelajaran sih, sedikit) tapi  kok temen aku langsung copas semuanya dan dijadikan administrasi nya dan dijadikan atas namanya untuk mendapatkan ttd pimpinannya. Padahal saya nulis itu mikir setengah mati.
Dari situ saya jadi males share lagi.
Mungkin pikiran itu salah. Mohon pencerahannya. Terimakasih

Wa alaikum slm wr wb.
Ibu Santi, saat tulisan dipublikasikan maka hak penulis terhadap interpretasi terhadap tulisan itu menjadi hilang. Interpretasi dan tanggapan pembaca tidak bisa kita kontrol.... Maka perlu kebesaran hati, krn bisa saja tanggapan yang tidak baik yang kita terima. Nah kalau tentang hak cipta yang dikopi, maka pada saat kita membaginya di dunia maya, maka kita harus siap bahwa itu menjadi milik publik. Walaupun itu salah, tapi di dunia maya kita sulit mengkontrolnya.

Saya Sri Budi Handayani dari Gresik

Mau bertanya tentang proses kreatif mbak Farrah menulis buku anak , berikan contohnya,

Terima kasih.

Bu Sri, karena saya menulis buku berjenjang maka banyak pakem yang harus sy perhatikan. Biasanya saya memulai dr sesuatu value yang ingin saya kenalkan pada anak tapi tidak dengan cara doktrin tapi tertangkap. Agar dapat byk ide, maka saya byk menonton film anak, bergaul dengan anak2 & membaca buku2 anak. Contohnya buku "Sihdeh & Robot" yang intinya mengenalkan cara menenangkan diri dengan menarik napas panjang. Kecenderungan anak laki-laki agak sulit untuk menenangkan diri saat marah, maka diambillah tokoh robot agar relate dengan anak laki. Setelah itu dibuat prosesnya, termasuk membuat story board.... Dibaca anak2, lalu review & revisi lagi dst... Dr masukan anak, bahkan judulnya pun ada perubahan.

Assalamualaikum wr wb.
Saya Safitri dari TK N Pembina Bobotsari Purbalingga.
Mohon izin bertanya :
1.Saya ingin menulis tentang buku ajar apakah sebelum menulis kita tentukan ide-ide atau semacam kerangka tulisan barulah kita mencari isinya?

2.Saya sudah mengumpulkan buku-buku sbg sumber.Tapi rasanya masih buntu untuk menulis..kadang berpikir mana dulu yang mau ditulis?
Pikiran2 seperti itu yg akhirnya menghambat untuk mulai menulis..Bagaimana mengatasi seperti ini supaya menjadi sebuah tulisan?

Bu Safitri,
Betul sekali untuk buku non fiksi qta perlu kerangka, paling tidak poin2 penting yang ingin kita sampaikan. Tidak bisa memulai karena kita berpikir "keseluruhan" dulu maka ini akan menghambat di awal. Dari poin2 yang sudah dikumpulkan, pilih satu dulu yang akan difokuskan dan tuliskan, selesaikan. Ini akan menjadi reward bagi ibu untuk menulis selanjutnya.

Sri Sulastri dr Bojonegoro, pertnyaan sy cara apa agar bisa menghasilkan buku dengan cepat bagi penulis pemula
Bu Sri, mulai dari yang mudah menurut Ibu... Topik yang paling ibu kuasai. Tapi tidak ada yang instan, semua harus ,elalui proses. Proses itu akan semakin cepat jika segera dimulai
Slmat Sore Ibu. Terkait R ke-4. Mnurut pnglman Ibu, brapa persen dari ruang pmbaca dapat ditmpung masukannya dan bgaiman sikap kita dlm mnerima smua kritikan itu agar tdak trbwa amarah. Trima Ksih- Bernad.Toraja

Pak Bernard,
Tidak ada rumus baku. Kita siapkan diri kita untuk terbuka terhadap berbagai masukan. Tapi kita lihat, kalau dia tidak suka karena berkaitan dengan selera yang berbeda, maka dia bukan target pembaca kita dan ini informasi berharga bagi kita. Tulisan kita akan memiliki target pembacanya sendiri. Tapi kalau pembaca tidak suka karena interpretasi yang salah dari hasil karya kita, maka mungkin cara kita menuliskannya perlu diperbaik...

Selamat siang Ibu Farrah, saya grefer dari kupang, NTT. Apakah review buku yang dimaksudkan adalah sebelum buku kita diterbitkan, maka buku itu kita berikan kepada pembaca tertentu untuk membacanya lalu memberikan masukan positif atau negatif dari buku yang kita tulis. Lalu, dikembalikan dan kita revisi setelah itu baru diterbitkan? Terima kasih.

Betul pak, tapi bahkan apapun hasil tulisan kita, kita hadirkan pada pembaca & melihat tanggapannya -- ini bahkan sebelum proses penerbitan, usaha individu penulis untuk mendapat masukan. Kalau sudah ke penerbit, maka ada mekanismenya lagi tapi kita pun sudah bisa jelaskan targetnya siapa, tanggapannya bagaimana kira hingga buku kita itu bisa dibilang layak terbit





Salam blogger!

Penulis : Wiji Indayati 

PROGRAM BUDIDAYA JAHE MERAH MEDIA CHOCOPEAT

  PROGRAM BUDIDAYA JAHE MERAH MEDIA CHOCOPEAT Oleh: Wiji Indayati –SMP Negeri 3 Sumbermanjing Wetan CGP Angkatan 2 Kabupaten Malang   ...