Monday, November 8, 2021

PROGRAM BUDIDAYA JAHE MERAH MEDIA CHOCOPEAT

 

PROGRAM BUDIDAYA JAHE MERAH MEDIA CHOCOPEAT


Oleh:

Wiji Indayati –SMP Negeri 3 Sumbermanjing Wetan

CGP Angkatan 2 Kabupaten Malang

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    LATAR BELAKANG

Kecakapan hidup merupakan sebuah rangkaian kesatuan tentang sebuah pengetahuan dan itu merupakan kebutuhan seseorang untuk tujuan yang efektif dalam memecahkan masalah dari sebuah pengalaman. Dengan demikian life skills dapat dinyatakan sebagai kecakapan untuk hidup.

Pendidikan kecakapan hidup (life skill education) merupakan salah satu formula yang dapat diterapkan untuk memfasilitasi dan mengembangkan segala bentuk kecakapan/kompetensi murid guna mengatasi berbagai tuntutan dan tantangan hidup sehari-hari. Salah satu konsep yang sangat sentral dari program pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan diharapkan mampu untuk memecahkan masalah- masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu pendidikan harus dapat mensinergikan berbagai pelajaran menjadi sebuah kecakapan atau ketrampilan hidup dengan harapan bahwa murid itu nantinya akan mampu memecahkan masalah-masalah yang sedang dan akan ia hadapi dalam kehidupannya, salah satu di antaranya adalah dapat menciptakan suatu pekerjaan.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan kecakapan hidup yaitu untuk memfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya yaitu untuk mengembangkan potensi murid untuk menghadapi peranannya di masa yang akan datang.

SMP Negeri 3 Sumbermanjing Wetan sebagai salah satu lembaga pendidikan juga mengembang pendidikan kecakapan hidup bagi murid. Dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki oleh sekolah, seluruh komunitas sekolah bersinergi untuk mencapai tujuan pendidikan kecakapan hidup tersebut. Adapun sumberdaya dalam bentuk modal/aset utama yang dimiliki oleh SMP Negeri 3 Sumbermanjing Wetan antara lain: 1) modal manusia, 2) modal sosial, 3) modal alam/lingkungan, 4) modal fisik, 5) modal finansial, 6) modal politik, dan 7) modal agama/kebudayaan.

Salah satu modal yang dimiliki oleh SMP Negeri 3 Sumbermanjing Wetan adalah modal lingkungan. Sekolah ini memiliki lahan yang cukup luas untuk dimanfaatkan sebagai lahan praktik pembelajaran. Bagaimana cara warga komunitas sekolah memanfaatkan lahan di sekitar sekolah untuk pembelajaran kecakapan hidup merupakan pertanyaan yang dijadikan dasar dalam pembentukan program pembelajaran yang berpihak pada murid.

Pada masa pandemic, daya tahan tubuh merupakan prioritas masyarakat. Salah satu upaya untuk mempertahankan daya tahan tubuh adalah dengan mengkonsumsi jahe merah sebagai minuman sehari-hari. Permintaan masyarakat terhadap jahe merah pun meningkat.

Selain itu, di sekitar sekolah terdapat chocopeat, hasil olahan sabut kelapa, yang bagus sekali digunakan sebagai media tanam. Chocopeat ini diolah dari sampah sabut kelapa hasil panen petani yang banyak dijumpa disekitar sekolah. Media tanam ini mengandung unsur hara yang bagus untuk pertumbuhan rimpang jahe.

Dari kondisi modal lingkungan dan budaya diatas, sekolah menyusun Program Budidaya Jahe Merah Media Chocopeat kedalam salah satu program kokurikuler. Ada beberapa walimurid yang telah berhasil membudidayakan jahe merah dengan media chocopeat ini. Diharapkan, walimurid tersebut dapat dijadikan sebagai narasumber/pembimbing dalam program kegiatan. Ketersediaan lahan sekolah untuk praktik pembelajaran sebagai salah satu modal memiliki potensi untuk dimanfaatkan untuk peluang pembelajaran kecakapan hidup dan mendatangkan manfaat ekonomi.

 

B.    TUJUAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari Program Budidaya Jahe Merah Media Chocopeat adalah:

  1. Murid memiliki kecakapan hidup, bercocok tanam, dalam memanfaatkan lahan agar lebih bernilai ekonomi.
  2. Murid memiliki jiwa kepemimpinan dalam menggerakkan anggota dan mencapai tujuan
  3. Guru mampu memberi teladan dan mengarahkan murid dalam  memanfaatkan lahan di sekitar untuk bercocok tanam.
  4. Kepala sekolah memberi kepercayaan dan kesempatan kepada guru dan murid untuk mengembangkan kecakapan hidup dengan memanfaatkan lahan di sekitar sekolah.

 

C.     JENIS KEGIATAN

Program Budidaya Jahe Merah Media Chocopeat mencakup kegiatan: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) monitoring, evaluasi dan pembelajaran, dan 4) pelaporan.

Kegiatan perencanaan diawali dengan kegiatan pembentukan kepanitiaan dan penyusunan program kegiatan. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dalam bentuk: penyiapan lahan, penanaman dan perawatan tanaman. Kegiatan monitoring dimanfaatkan untuk menghimpun informasi-informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan. Kegiatan evaluasi dilaksanakan sebagai penilaian pelaksanaan kegiatan. Kegiatan Pembelajaran dilakukan dengan membuat kesimpulan faktor pendukung, penghambat, dan poin yang bisa diambil dari pelaksanaan kegiatan untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.

 

D.     JADWAL KEGIATAN

Program Budidaya Jahe Merah Media Chocopeat akan dilaksanakan dengan jadwal seperti tampak dalam tabel berikut:

No

Jenis Kegiatan

Pelaksanaan

Pihak yang terlibat

1.

Perencanaan

 

 

 

1.1 Pembentukan kepanitiaan dan kelompok

Oktober Minggu 1

KS, Guru, Murid

 

1.2 Penyusunan program kegiatan

Oktober Minggu 1

KS, Guru, Murid

2.

Pelaksanaan kegiatan

 

 

 

2.1 Pelatihan penanaman jahe merah

Oktober Minggu 2

Narasumber

 

2.2 Penyiapan lahan

Oktober Minggu 2

KS, Guru, Murid, Ortu

 

2.3 Penanaman

Oktober Minggu 3

KS, Guru, Murid, Ortu

 

2.4 Perawatan

Oktober Minggu 3 – 4

KS, Guru, Murid, Ortu

3.

Monitoring dan Evaluasi

 

 

 

3.1 Monitoring

Oktober Minggu 1 – 4

Murid dan Guru

 

3.2 Evaluasi

Oktober Minggu 4

Kepala sekolah

4.

Pelaporan

Nopember Minggu 1

Panitia

 

E.    KEPANITIAAN

Program Budidaya Jahe Merah Media Chocopeat dilaksanakan oleh kepanitiaan seperti dalam tabel berikut:

 

Penanggung Jawab

Kepala Sekolah

Pengarah

Wali kelas / Guru Pembimbing

Ketua 

Musta’in, S.Si

Sekretaris

Ari Prabawati, S.Si

Bendahara

Umi Rufiah

Koordinator Kegiatan

 

A.    Pelatihan penanaman Jahe merah

Kelompok Tani Ringin Asri Kedung Banteng

B.     Pembentukan Kelompok

1.      Wiji Indayati, S.Pd, M.Pd

2.      Resqy Natalia, S.Pd

C.     Penyiapan Lahan

1.      Musta’in, S.Si

2.      Urzu Rahmad, S.Pd

D.    Penanaman Jahe Merah

1.      Pujono, S.Pd

2.      Musta’in, S.Si

E.     Perawatan

1.      Ari Prabawati, S.Si

2.      Resky Natalia, S.Pd

F.      Monitoring dan Evaluasi

1.      Wiji Indayati, S.Pd, M.Pd

2.      Urzu Rahmad, S.Pd

G.    Pelaporan

1.      Ari Prabawati, S.Si

2.      Umi Rufi’ah

Pembagian Kelompok Murid

-          Anggota kelompok adalah kelas 7 (Putra dan Putri)

-          Tiap kelompok terdiri dari 6 murid

 

 

 F.     ANGGARAN

Anggaran dana dalam Program Budidaya Jahe Merah Media Chocopeat ini diambilkan dari: 1) Dana BOS dan 2) Dana partisipasi walimurid


BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

 

Kegiatan Program Budidaya Jahe Merah ini dibagi kedalam kegiatan : 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) monitoring evaluasi dan pembelajaran, dan 4) pelaporan.

 

A.    PERENCANAAN

Pada kegiatan perencanaan, ada dua kegiatan yang dilakukan yakni 1) pembentukan kepanitiaan dan kelompok dan 2) penyusunan program kegiatan . Kegiatan ini dilakukan pada Bulan Oktober Minggu ke 1. Panitia yang terbentuk terdiri dari unsur KS dan Guru. Selanjutnya, tiap panitia melaksanakan tugas sesuai tugas masing-masing. Ketua Panitia beserta Sekretaris dan Bendahara menyusun Program Kegiatan dibantu oleh penitia yang lain.

Sementara itu, pembentukan kelompok dibimbing oleh Bu Wiji Indayati dan Bu Resky Natalia. Terbentuklah 12 kelompok kerja dengan jumlah anggota masing-masing kelompok 5-6 murid. Pembentukan kelompok kerja dilakukan sendiri oleh murid atas pertimbangan minat mereka. Dalam kelompok kerja, murid akan saling berkolaborasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang telah diprogramkan.


B.    PELAKSANAAN

Kegiatan pelaksanaan terdiri dari 4 kegiatan, yakni 1) pelatihan, 2) penyiapan lahan, 3) penanaman, dan 4) perawatan.

Kegiatan pelatihan dilaksanakan setelah terbentuk kelompok kerja, kegiatan Kegiatan pelatihan dilakukan oleh narasumber dari Kelompok Tani Ringin Asri Desa Kedungbanteng yang diikuti oleh murid dan guru di SMP Negeri 3 Sumbermanjing Wetan. Pelatihan ini bertujuan untuk memberi bekal keilmuan (pengetahuan) tentang budidaya jahe merah. Selanjutnya, beberapa guru ditunjuk untuk menjadi pembimbing dalam kegiatan penyiapan lahan hingga perawatan. 


Dalam kegiatan penyiapan lahan, kelompok kerja menakar bahan komposisi media tanam. Selanjutnya, bahan-bahan tersebut diaduk sampai rata. Setelah siap media dimasukkan dalam polybag sebagai tempat tanam jahe merah.



Ketika penanaman bibit jahe merah, kelompok kerja harus hati-hati dalam membuat lubang, meletakkan bibit, dan menutup lubang kembali. Dalam 1 polibag bisa ditanam 3 – 4 bibit jahe merah. Selanjutnya, media tanam diratakan sampai menutup jahe merah.




Kegiatan perawatan dilakukan dengan melakukan penyiraman dan penyiangan jika terdapat gulma pada media tanam. Selain itu, kelompok kerja juga memiliki tugas mencatat pertumbuhan jahe merah dalam tiap tahapnya.




C.    MONITORING, EVALUASI, DAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Monitoring dilaksanakan selama kegiatan berlangsung. Sedangkan kegiatan evaluasi dan pembelajaran dilaksanakan setelah kegiatan berakhir.

Kegiatan monitoring dilakukan oleh KS, Guru, dan Kelompok Kerja dengan menggunakan instrument lembar observasi, daftar pertanyaan wawancara, dan lembar kuisioner. Data dari instrument-instrumen tersebut menyatakan bahwa: 1) pembentukan kelompok sesuai dengan minat murid dan berhasil dilaksanakan dalam waktu kurang dari 1 hari, 2) langkah-langkah penyiapan lahan telah sesuai, bahan dan  komposisi media yang dibutuhkan juga telah sesuai, 3) penanaman jahe merah dilakukan oleh murid dengan bimbingan guru dan telah sesuai dengan langkah-langkah penanaman, 4) dalam perawatan, ketersediaan jumlah media chocopeat sangat dibutuhkan, ketika curah hujan tinggi dan tunas jahe belum muncul, perlu disiapkan atap pelindung, 5) karena keterbatasan waktu, maka kegiatan masih dilakukan pada tahap perawatan, belum sampai dengan panen.

Dari data hasil monitoring diatas, maka dilakukan evaluasi oleh KS dan Ketua Panitia dengan kesimpulan bahwa kegiatan program Budidaya Jahe Merah telah berhasil mencapai tujuan. Hal tersebut karena adanya faktor pendukung kegiatan, yakni 1) Narasumber yang kompeten, 2) Pembentukan kelompok kerja yang sesuai dengan minat murid, 3) Pemilihan waktu tanam yang sesuai, 4) Kesesuaian media tanam, 5) Kedisiplinan kelompok kerja dan guru pembimbing dalam melaksanakan kegiatan. Masih terdapat faktor penghambat dalam pencapaian tujuan, yakni 1) Keterbatasan jumlah tenaga guru pembimbing dan 2) belum tersedia atap pelindung bibit jahe merah  yang belum bertunas dari hujan, 3) kurangnya jumlah chocopeat untuk media tanam selanjutnya. Pembelajaran yang didapatkan adalah 1) perlu adanya penambahan jumlah pembimbing yang mendampingi murid selama berkegiatan dan 2) perlu menjalin kemitraan dengan kelompok tani atau pihak untuk memenuhi bahan/perlengkapan yang dibutuhkan.


D.    Pelaporan

Kegiatan pelaporan dilakukan pada Bulan Nopember Minggu 1. Adapun hal-hal yang dilaporkan adalah sebagai berikut:


I.        Pendahuluan

  1. Latar Belakang
  2. Tujuan
  3. Jenis Kegiatan
  4. Jadwal Kegiatan
  5. Kepanitiaan
  6. Anggaran

II.     Pelaksanaaan Kegiatan

  1. Perencanaan
  2. Pelaksanaan
  3. Monitoring, Evaluasi, dan Pembelajaran

III.  Penutup



BAB III

PENUTUP

 

A.    HASIL AKSI NYATA

Dari serangkaian kegiatan program budidaya jahe merah tersebut, hasil yang didapatkan sampai dengan sekarang adalah: 1) Murid memiliki kecakapan hidup, bercocok tanam, dalam memanfaatkan lahan agar lebih bernilai ekonomi, 2) Murid memiliki jiwa kepemimpinan dalam menggerakkan anggota dan mencapai tujuan, 3) Guru mampu memberi teladan dan mengarahkan murid dalam  memanfaatkan lahan di sekitar untuk bercocok tanam. 4) Kepala sekolah memberi kepercayaan dan kesempatan kepada guru dan murid untuk mengembangkan kecakapan hidup dengan memanfaatkan lahan di sekitar sekolah

 

B.     PEMBELAJARAN

Pembelajaran berharga yang didapatkan dari pelaksanaan Program Budi daya Jahe Merah ini adalah: 1) bekerja secara bersama dan saling mendukung akan mengantarkan menuju keberhasilan, 2) kegiatan yang dilakukan berdasar pada motivasi internal akan memupuk semangat melaksanakan kegiatan sampai tujuan tercapai, 3) pembelajaran kecakapan hidup bisa diajarkan di lingkungan sekolah dengan memberi bekal pada murid untuk siap memasuki dan berbaur dengan masyarakat, 4) perlu penambahan jumlah pembimbing yang mendampingi murid selama berkegiatan, dan 5) perlu menjalin kemitraan dengan kelompok tani untuk memenuhi bahan/perlengkapan yang dibutuhkan

Faktor pendukung keberhasilan program adalah: 1) adanya narasumber yag kompeten, 2) pembentukan kelompok kerja yang sesuai minat murid, 3) Pemilihan waktu tanam yang sesuai, 4) Kesesuaian media tanam, 5) Kedisiplinan kelompok kerja dalam melaksanakan kegiatan.

Selain faktor pendukung diatas, ada pula faktor penghambat keberhasilan program: 1) Keterbatasan jumlah tenaga guru pembimbing, 2) Belum tersedianya alat pengukur kualitas jahe milik sendiri, dan 3) Cuaca yang berubah-rubah.

 

C.    PENERAPAN KEDEPAN

Merujuk pada faktor-faktor yang mendukung keberhasilan program Budidaya Jahe Merah ini, maka kedepannya, saya akan merencanakan program sekolah yang berdampak pada murid yang merupakan program lanjutan dari program ini. Pengelolaan kegiatan tentu saja akan dilaksanakan melalui 9 langkah pengambilan keputusan dengan menggunakan alat bantu berupa 5 tahapan BAGJA, berdasarkan 7 aset/modal utama, 12 prinsip MELR, dan  5 tipe risiko.

 

D.     HARAPAN

Dari faktor penghambat dalam pencapaian tujuan program, ada beberapa hal yang masih dibutuhkan untuk dipenuhi yakni 1) perlu adanya penambahan jumlah pembimbing yang mendampingi murid selama berkegiatan dan 2) perlu menjalin kemitraan dengan kelompok tani atau pihak untuk memenuhi bahan/perlengkapan yang dibutuhkan.

Jalinan kemitraan yang dibutuhkan adalah untuk melengkapi kurang tersedianya atap pelindung bibit jahe merah  yang belum bertunas dari hujan dan pasokan jumlah chocopeat untuk menutup rimpang jahe merah  agar muncul tunas baru lain. 







Friday, November 5, 2021

MEMIMPIN BERDOA SEBAGAI UPAYA PENUMBUHAN PERCAYA DIRI

 

MEMIMPIN BERDOA SEBAGAI UPAYA PENUMBUHAN PERCAYA DIRI

AKSI NYATA MODUL 3.1

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Oleh:

Wiji Indayati – SMP Negeri 3 Sumbermanjing Wetan

CGP Angkatan 2 Kab. Malang

Peristiwa (Fact)

Latar Belakang

Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4, Level 3, dan Level 2 Corona Virus Disease 2019 di Wilayah Jawa dan Bali, Kabupaten Malang masih menempati Level 2. Sesuai kondisi tersebut, maka kegiatan pembelajaran sudah bisa dilakukan secara tatap muka terbatas.

Pembelajaran jarak jauh yang telah dilaksanakan dalam jangka waktu yang lumayan lama, rupanya telah berhasil mengikis keberanian murid untuk mengemukakan pendapat secara percaya diri. Banyak sekali murid yang pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Dari kondisi tersebut, diperlukan perlakuan yang membutuhkan komitmen dan kerjasama dari semua pihak agar rasa percaya diri murid bisa terbentuk kembali.

Alasan

Kegiatan berdo’a merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan pada awal dan akhir pembelajaran. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih sikap religious murid. Kegiatan bedo’a ini dilakukan secara bersama dan serentak oleh seluruh anggota kelas. Untuk mencapai kebersamaan, dibutuhkan seseorang yang memimpin berdo’a agarberjalan tertib dan lancar. Dalam proses memimpin berdo’a, seorang murid membutuhkan rasa percaya diri untuk mengeluarkan suara didepan teman-temannya. Bagi murid yang telah terbiasa memimpin berdo’a, tergambar kepercayaan diri ketika memimpin berdo’a dari kelancaran kalimat yang dikeluarkan ketika memimpin berdo’a.

Dari kondisi diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa kegiatan memimpin berdo’a adalah salah satu cara untuk menumbuhkan kembali rasa percaya diri murid untuk berbicara dan mengemukakan pendapat didepan orang banyak. Oleh Karen itu, maka pada aksi nyata Modul 3.1 ini, penulis akan menerapkan kegiatan memimpin berdoa sebagai sarana untuk menumbuhkan rasa percaya diri murid.

Hasil Aksi Nyata

Setelah melakukan kesepakatan kelas, kegiatan memimpin berdo’a di awal/akhir pembelajaran dilakukan secara bergiliran sesuai nomor urut absen. Tiap murid mendapatkan giliran minimal 2 kali kesempatan memimpin berdoa hingga lancar. Setelah 1 murid lancar memimpin berdoa dengan percaya diri maka pemimpin berdoa beralih ke murid nomor urut berikutnya. Indikasi bahwa seorang murid telah memiliki rasa percaya diri dalam memimpin berdoa adalah: 1) memimpin berdoa dengan lancar, 2) hilangnya rasa cemas dan berdebar ketika akan memimpin berdoa, 3) memimpin berdoa dengan kesadaran diri tanpa dipaksa.

Pada pembelajaran hari pertama, murid AI masih mengalami kesulitan dalam memberdoakan. Dari hasil wawancara dengan AI, didapatkan informasi bahwa dia mengalami kesulitan dalam memimpin berdoa karena: 1) belum pernah memimpin berdoa sebelumnya, 2) tidak tahu cara memimpin berdoa, 3) muncul rasa berdebar-debar dan gugup ketika akan memimpin berdoa, dan 4) malu kepada teman-teman semua.

Setelah mendapatkan pengetahuan tentang cara memimpin berdoa yang benar dan pengolahan keterampilan sosial emosional untuk mengolah emosi, maka AI mendapatkan kesempatan kedua dalam memimpin berdo’a di akhir pelajaran. Pada kesempatan kedua ini AI juga belum lancar. Masih ada rasa berdebar dan sedikit gugup ketika memimpin berdoa. Hal tersebut membuat proses berdoa menjadi kurang lancar. Maka AI masih diberi kesempatan lagi untuk memimpin berdoa pada pertemuan berikutnya.

Di awal pembelajaran pertemuan hari kedua, AI telah lancar memimpin berdoa. Rasa berdebar dan gugup telah sirna sehingga kalimat-kalimat yang diucapkan ketika memimpin berdoa menjadi lancar.

Pada akhir pembelajaran hari kedua, kegiatan memimpin berdoa dilakukan oleh murid nomor urut berikutnya berinisial BD. Murid ini telah berhasil memimpin berdoa dengan lancar. Dari hasil wawancara dengan BD, didapatkan informasi bahwa BD: 1) telah mengetahui cara memimpin berdoa, 2) sering memimpin berdoa sebelumnya, 3) tidak memiliki rasa cemas, berdebar dan gugup ketika memimpin bedoa, dan 4) percaya diri karena telah bisa memimpin berdoa sebelumnya.

Dari pengalaman memimpin berdoa diatas dapat diambil kesimpulan bahwa rasa percaya diri dalam mengemukakan bisa dipupuk dengan memberi kesempatan dan lebih sering mempraktikkan untuk mengemukakan pendapat didepan umum. Modal pengetahuan tentang topik yang akan diungkapkan juga mempengaruhi dalam kelancaran mengemukakan pendapat. Demikian pula pengelolaan keterampilan sosial emosional ketika berbicara didepan umum memegang peranan dalam membentuk kesiapan mental yang bersangkutan.

 

Perasaan (Feelings)

Pada awal pembelajaran, sempat terbersit keraguan apakah tujuan program akan tercapai. Mengingat latar belakang kemampuan memimpin berdoa dan karakter percaya diri murid yang sangat kurang membuat guru harus bekerja keras dalam memberi bekal pengetahuan pentingnya berdoa dan cara memimpin berdoa yang benar. Demikian pula pengendalian sosial emosional ketika berbicara didepan orang banyak juga menjadi hal yang perlu dikenalkan dan dibiasakan pada murid.

Tetapi, setelah murid mengetahui dan menyadari tentang pentingnya dan cara memimpin berdoayang benar, juga pengendalian sosial emosional maka kegiatan berjalan lebih lancar dan ringan.

Murid merasa bangga telah mampu memimpin berdoa dengan lancar dan percaya diri. Guru pun merasa puas karena telah berhasil menumbuhkan kembali rasa percaya diri murid ketika berbicara didepan orang banyak.

Pembelajaran (Findings)

Pembelajaran yang bisa diambil dari kegiatan aksi nyata tersebut adalah: 1) percaya diri bisadiperoleh dari proses pembiasaan diri, 2) modal pengetahuan tentang materi yang akan disampaikan berpengaruh terhadap kesiapan dan percaya diri, 3) penguasaan keterampilan sosial emosional ketika berbicara juga mempengaruhi kepercayaan diri dan kelancaran untuk berbicara di depan umum.


Penerapan ke Depan (Future)

Setelah mengetahui dampak positif dari program aksi nyata tersebut, maka selanjutnya penulis akan meneruskan kegiatan memimpin berdoa secara bergiliran untuk menumbuhkan rasa percaya diri murid yang lain. Disamping itu, penulis jugaakan berbagi aksi nyata kepada rekan sejawat di sekolah.

 

Dokumentasi Kegiatan

Murid yang gelisah ketika akan memimpin berdoa


Guru dan murid melakukan diskusi untuk mencari permasalahan dan jalan keluar dari kurang lancarnya memimpin berdoa

 

Praktik memimpin berdoa kesempatan kedua

Proses memimpin berdoa berjalan dengan lancar

PROGRAM BUDIDAYA JAHE MERAH MEDIA CHOCOPEAT

  PROGRAM BUDIDAYA JAHE MERAH MEDIA CHOCOPEAT Oleh: Wiji Indayati –SMP Negeri 3 Sumbermanjing Wetan CGP Angkatan 2 Kabupaten Malang   ...