PEMIMPIN PEMBELAJARAN
DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA
Oleh:
Wiji Indayati – SMP Negeri
3 Sumbermanjing Wetan
CGP Angkatan 2
Kabupaten Malang
Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah seorang pemimpin pemimpin pembelajaran yang mampu mengidentifikasi aset (kekuatan) dan masalah (kelemahan) yang dimiliki oleh lingkungan belajarnya, selanjutnya mampu merancang tindakan dalam mengelola kekuatan dan kelemahan tersebut dalam mencapai tujuan belajar secara maksimal. Peran pemimpin dalam pengelolaan sumberdaya di sekolah adalah sebagai perencana hingga pengevaluasi keefektifan sumberdaya yang ada dalam mendukung tercapainya visi, misi, dan tujuan sekolah
Dalam
upaya implementasi, seorang pemimpin pembelajaran dapat menerapkan Aset Based Community
Development (dalam Bahasa Indonesia = Pengembangan Komunitas Berbasis Aset) yang
menggunakan pendekatan berbasis aset (aset-based thinking). PKBA ini muncul sebagai kritik
terhadap pendekatan konvensional yang menekankan pada masalah dan kekurangan
sebuah komunitas (deficit-based thinking).
Ciri-ciri pelaksanaan pendekatan berbasis
aset adalah: 1) berfokus pada aset dan kekuatan, 2) membayangkan masa depan, 3)
berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai
kesuksesan tersebut, 4) mengorganisasiakan kompetensi dan sumberdaya, 5)
merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan, 6) melaksanakan rencana
yang telah diprogramkan,
Kegiatan
perencanaan bisa dimulai dengan mengidentifikasi aset (modal) yang dimiliki. Aset
yang diidentifikasi, dikelompokkan menjadi 7 aset (modal) utama: 1) modal
manusia, 2) modal sosial, 3) modal fisik, 4) modal lingkungan/alam, 5) modal
finansial, 6) modal politik, dan 6) modal agama dan budaya. Dari modal-modal
tersebut, selanjutnya diidentifikasi pola relasi yang tercipta dengan
pendidikan yang bisa dimanfaatkan dan dikelola sebagai peluang untuk menunjang
pengembangan, perencanaan kegiatan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
Sumberdaya
(modal) yang dimiliki oleh sebuah sekolah jika dikelola dengan baik akan
membantu proses pembelajaran murid menjadi berkualitas. Sebuah modal tentu
memiliki unsur fungsi dan kebermanfaatan, bagi pengguna. Ketika unsur-unsur
yang dimiliki oleh modal-modal yang dimiliki oleh sekolah dipadukan, tentu akan
saling melengkapi dan menunjang dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang
berkualitas.
Sebuah
modal alam yang tersedia, memerlukan modal manusia sebagai pengelola. Modal
manusia tersebut memerlukan modal fisik, finansial, politik, dan sosial sebagai
sarana dan prasarana. Selanjutnya, kegiatan dilaksanakan dengan memanfaatkan
momen pada modal agama/budaya agar lebih
terintegrasi secara keseluruhan.
Contoh,
dalam sebuah program budidaya penanaman sayur di sekitar sekolah, dibutuhkan lahan
(alam) sebagai tempat penanaman. Guru, murid, KS, dan orang tua (manusia) juga
dibutuhkan sebagai pengelola. Selanjutnya, pengelola memerlukan sumber
pendanaan (finansial) untuk mencukupi kebutuhan kegiatan, peralatan tanam
(fisik), dan pihak penyedia bibit, pupuk, dan narasumber pembudidaya sayuran yang
telah berhasil (politik). Kegiatan dilaksanakan dengan semangat gotong royong
dan kebersamaan dari semua pihak (sosial). Proses pelaksanaan program juga
dilaksanakan dengan adat yang berlaku di daerah tersebut (budaya).
Segala
sumberdaya yang ada, dikelola menjadi sebuah program yang mendukung tercapainya
visi sekolah. Dalam praktiknya, visi sekolah tersebut dijalankan dalam tindakan
pembentukan karakter Profil Pelajar Pancasila yang diakomodir dalam budaya positif
yang diterapkan di sekolah.
Seorang
pemimpin pembelajaran, dalam mengelola
sumberdaya yang ada tentu menemui masalah-masalah baik yang dihadapi oleh guru
maupun murid. Untuk mengelola masalah tersebut dalam mencari tindakan solutif,
diperlukan teknik coaching untuk mempertajam kekuatan yang dimiliki oleh
pihak-pihak yang terlibat dalam menemukan jalan keluar dari kasus yang
dihadapi..
Sebagai
pemimpin pembelajaran, ketika mengelola modal-modal yang dimiliki oleh sekolah
untuk menjalankan sebuah program, guru tentu mengalami dilemma etika dalam mengambil
keputusan. Sekiranya 9 langkah pengambilan keputusan bisa membantu pemimpin pembelajaran
dalam mengambil keputusan. Tentu saja keputusan yang diambil adalah keputusan
yang berpihak pada murid.
Dan
akhirnya, pengambilan keputusan dalam mengelola modal yang dimiliki dalam
program sekolah bisa menggunakan pendekatan berbasis aset (asset-based
thinking) yang hanya berfokus pada aset dan kekuatan dalam mencapai kesuksesan.
Sebelum
mempelajari modul ini, saya belum menyadari sepenuhnya aset (modal) yang ada
dimiliki oleh sekolah yang bisa dipergunakan untuk membantu proses pembelajaran
menjadi lebih berkualitas.
Setelah
sesi eksplorasi konsep, diskusi, dan elaborasi pada modul ini, saya mendapatkan
pemahaman dan ide-ide mengenai modal-modal yang bisa digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran
Salam Guru Penggerak!
Salam dan Bahagia !
No comments:
Post a Comment